Lulusan Pendidikan Agama Konghucu Lolos Seleksi SIPSS Polri: Mengawal Negeri dengan Semangat Pluralisme
Lulusan Pendidikan Agama Konghucu Lolos Seleksi SIPSS Polri: Mengawal Negeri dengan Semangat Pluralisme
Di tengah hiruk pikuk pendidikan dan pengasuhan 100 siswa Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) gelombang I tahun 2025 di Batalyon SIPSS, Komplek Akademi Kepolisian (Akpol), Semarang, selama bulan Ramadan, terdapat kisah inspiratif yang mencerminkan keberagaman Indonesia. Afat (23), seorang lulusan S1 Pendidikan Agama Konghucu dari Sekolah Tinggi Agama Konghucu Indonesia (STIKIN) Purwokerto, berhasil lolos seleksi ketat dan bergabung dalam program bergengsi tersebut. Keberhasilan Afat ini menjadi bukti nyata komitmen Polri dalam menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme dan inklusivitas.
Afat, pria kelahiran Depok, Jawa Barat ini, memiliki perjalanan karier yang unik sebelum mengenakan seragam kepolisian. Setelah menyelesaikan studinya di STIKIN Purwokerto dengan predikat lulusan pertama dan tercepat angkatan pertamanya pada tahun 2021, ia mengabdikan diri sebagai Guru Agama Konghucu di SMPN 1 Bunguran Timur, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Prestasi akademiknya yang gemilang tak lepas dari percepatan studi yang diberikan Kementerian Agama berdasarkan kebutuhan mendesak akan guru agama Konghucu yang berkompeten. Selain mengajar, Afat juga aktif sebagai penyuluh agama non-PNS di Kabupaten Natuna dan berkontribusi dalam penulisan artikel di situs web Pusat Bimbingan Pendidikan Konghucu Kementerian Agama RI.
Informasi tentang pembukaan SIPSS yang membutuhkan keahlian di bidang pendidikan agama mendorong Afat untuk mendaftar. Proses seleksi yang panjang dan kompetitif, dimulai dari tahap awal di Pusat Misi Internasional Tangerang pada November 2024, hingga akhirnya ia berhasil melewati seluruh tahapan dan diterima sebagai peserta SIPSS. Perjalanan ini menunjukkan dedikasi dan kesungguhannya dalam mengejar cita-cita.
Keimanan Afat pada agama Konghucu telah tertanam sejak kecil, di lingkungan keluarga yang menganut ajaran tersebut. Ia aktif beribadah di Kong Miao Genta Kebajikan Makin, Depok, yang berada di bawah naungan Majelis Agama Konghucu Indonesia (Makin). Pengalamannya dalam menjalani ritual keagamaan, termasuk memahami perbedaan fungsi Lithang, Kong Miao, dan Kelenteng dalam konteks ibadah Konghucu, menunjukkan pemahamannya yang mendalam terhadap ajaran agamanya. Selama menjalani pendidikan di SIPSS, Afat merasakan dukungan penuh dari pihak pengasuh dalam menjalankan ibadah sesuai keyakinannya, bahkan ia tetap dapat rutin berdoa dan membawa Kitab Sishu sebagai pedoman spiritual.
Motivasi Afat untuk bergabung dengan Polri didorong oleh keinginan untuk mengabdi kepada masyarakat secara luas, melebihi batas pelayanan keagamaan. Ia terinspirasi oleh keberhasilan rekan-rekannya sesama penganut Konghucu, seperti Michael Josua yang telah berdinas di Akpol dan Dokter David yang bertugas di Brimob Polda Papua. Afat melihat Polri sebagai institusi yang menjunjung tinggi nilai pluralitas dan pengabdian kepada masyarakat, nilai-nilai yang selaras dengan ajaran Konghucu yang menekankan pentingnya kepedulian dan berbagi kepada sesama.
Kisah Afat menjadi bukti nyata bahwa keberagaman agama dan latar belakang tidak menjadi penghalang untuk mengabdi kepada negara. Keberhasilannya menjadi bagian dari SIPSS diharapkan dapat menginspirasi generasi muda untuk mengejar mimpi dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa, dengan tetap memegang teguh nilai-nilai agama dan kebhinekaan.