Indonesia Bergulat dengan Tuberkulosis: Menkes Ungkap Peningkatan Kasus dan Upaya Pengembangan Vaksin
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyoroti peningkatan kasus tuberkulosis (TBC) di Indonesia, yang kini menduduki peringkat kedua di dunia dalam jumlah kasus terbanyak. Dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Budi Gunadi menyampaikan keprihatinannya atas dampak penyakit menular ini.
Budi Gunadi mengungkapkan bahwa TBC telah menjadi ancaman global selama lebih dari satu abad, menyebabkan kematian lebih dari satu miliar orang. Di Indonesia, penyakit ini merenggut nyawa dua orang setiap lima menit. Menkes juga menyinggung fakta bahwa pengembangan vaksin TBC tidak sepesat vaksin COVID-19 karena penyakit ini lebih sering terjadi di negara-negara miskin.
"Vaksin TBC yang ada saat ini, yaitu BCG, hanya efektif untuk anak-anak, tidak untuk orang dewasa," jelas Budi Gunadi. Ia menambahkan bahwa kurangnya investasi dalam pengembangan vaksin TBC disebabkan karena penyakit ini tidak banyak menyerang negara-negara maju.
Budi Gunadi memberikan contoh bagaimana perusahaan farmasi seperti Glaxo Smith Kline (GSK) sempat menghentikan pengembangan vaksin TBC karena target pasarnya yang terbatas. Namun, berkat dukungan finansial dari Bill Gates, pengembangan vaksin tersebut dapat dilanjutkan.
"Beruntung ada seorang filantropis yang mau meneruskan pengembangan vaksin ini karena merasa iba dengan kondisi orang-orang yang terkena TBC," ujar Budi Gunadi.
Kemenkes berupaya agar Indonesia dapat berpartisipasi dalam uji klinis vaksin TBC. Hal ini bertujuan untuk memberikan akses vaksin lebih awal kepada masyarakat Indonesia, meningkatkan keahlian peneliti dalam negeri, dan memperoleh transfer teknologi untuk memproduksi vaksin di Indonesia.
"Kami melobi agar Indonesia dapat masuk dalam daftar negara yang memenuhi syarat untuk uji klinis. Tujuannya adalah untuk mengurangi angka kematian akibat TBC," jelas Budi Gunadi. Ia menambahkan bahwa peneliti dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Padjadjaran (Unpad) sedang mengembangkan vaksin TBC dan diharapkan dapat diproduksi massal pada tahun 2029.
"Diharapkan pada akhir 2028, pengembangan vaksin selesai, sehingga pada tahun 2029, vaksin dapat diproduksi massal dan mulai diberikan kepada masyarakat, sehingga kita dapat menekan tingkat TBC seperti yang kita lakukan dengan COVID-19," harap Budi Gunadi.
Dalam kesempatan tersebut, Budi Gunadi juga menyinggung bahwa Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyampaikan bahwa banyak orang di lingkungan terdekatnya yang terkena TBC karena tidak terdeteksi.
Upaya Kemenkes dalam Menangani TBC:
- Melobi agar Indonesia dapat berpartisipasi dalam uji klinis vaksin TBC.
- Mendukung pengembangan vaksin TBC oleh peneliti dari UI dan Unpad.
- Menargetkan produksi massal vaksin TBC pada tahun 2029.
- Menekankan pentingnya deteksi dini TBC.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang TBC.