Eksploitasi Anak di Mataram: Siswi SD Jadi Korban Prostitusi Online dan Melahirkan Dini
Kasus memprihatinkan mengguncang Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, di mana seorang siswi Sekolah Dasar (SD) menjadi korban eksploitasi seksual yang dilakukan oleh kakak kandungnya sendiri. Ironisnya, korban kini telah melahirkan seorang bayi prematur akibat kejadian tragis tersebut.
Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram, bekerja sama dengan pihak kepolisian, tengah melakukan investigasi mendalam terkait kasus ini. Joko Jumadi, Kepala LPA Kota Mataram, mengungkapkan bahwa berdasarkan usia kehamilan korban, dugaan kuat peristiwa ini terjadi pada tahun sebelumnya.
"Korban saat ini dalam proses pemulihan dan berada di Rumah Aman, sementara bayi prematurnya mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit," ujar Joko, Rabu (14/05/2025).
Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Universitas Mataram (Unram) turut terlibat dalam penanganan kasus ini. Pihak berwenang tengah berupaya mengidentifikasi individu yang bertanggung jawab atas kehamilan korban. Informasi awal menyebutkan bahwa pelaku hanya satu orang dan kejadian ini baru pertama kali terjadi.
Motif di balik tindakan keji sang kakak diduga kuat karena faktor ekonomi. Joko menjelaskan bahwa kakak korban tega mengeksploitasi adiknya untuk mendapatkan uang dengan imbalan yang tidak seberapa. Mirisnya, korban juga mendapatkan bagian dari hasil tersebut.
Modus operandi prostitusi online ini melibatkan jaringan pertemanan dekat. Pelaku memanfaatkan koneksi teman untuk menjaring pelanggan. Beberapa transaksi bahkan difasilitasi melalui aplikasi digital.
"Misalnya, satu lingkaran pertemanan memiliki pelanggan. Jika pelanggan tersebut menginginkan 'teman' lain, maka akan dihubungi melalui lingkaran atau teman lainnya," imbuh Joko.
Kasus ini menjadi pengingat yang menyakitkan tentang kerentanan anak-anak terhadap eksploitasi seksual dan pentingnya peran serta seluruh elemen masyarakat dalam melindungi mereka. Penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku kejahatan seksual terhadap anak menjadi prioritas utama, diikuti dengan upaya pemulihan psikologis dan sosial bagi korban.