Amerika Serikat Pertimbangkan Pemulihan Hubungan Diplomatik dengan Suriah

Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump mengindikasikan adanya penjajakan normalisasi hubungan dengan Suriah. Sinyal ini muncul setelah pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, di Riyadh, Arab Saudi.

Pertemuan yang berlangsung tertutup dengan mediasi Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, itu menjadi sorotan di sela-sela pertemuan puncak antara negara-negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC) dan Amerika Serikat. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, turut serta dalam pembicaraan melalui konferensi video.

Trump menyampaikan kepada para pemimpin negara Teluk bahwa normalisasi hubungan dengan pemerintah Suriah yang baru sedang dalam tahap penjajakan. Langkah awal dari proses ini adalah pertemuannya dengan Presiden Ahmed al-Sharaa. Lebih lanjut, Trump mengungkapkan bahwa Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani, di Turki pada akhir pekan ini.

Sehari sebelumnya, Trump secara mengejutkan mengumumkan pencabutan seluruh sanksi Amerika Serikat terhadap Suriah saat menghadiri Forum Investasi Saudi-AS. Keputusan ini, menurutnya, diambil setelah berdiskusi dengan Pangeran Mohammed bin Salman mengenai situasi di Suriah. Trump meyakini bahwa langkah ini akan memberikan "awal yang baru" bagi Suriah.

Kementerian Luar Negeri Suriah dalam pernyataannya menyatakan bahwa pertemuan antara Trump dan Al-Sharaa membahas potensi kemitraan antara AS dan Suriah dalam memerangi terorisme dan melenyapkan kelompok-kelompok bersenjata asing, termasuk ISIS, yang mengganggu stabilitas negara tersebut.

Pihak Gedung Putih menambahkan bahwa Trump mendesak Al-Sharaa untuk:

  • Menandatangani Perjanjian Abraham dengan Israel.
  • Mengambil alih tanggung jawab atas pusat-pusat penahanan ISIS di wilayah timur laut Suriah.