Kunjungan Donald Trump ke Arab Saudi: Pencabutan Sanksi Suriah dan Harapan Baru untuk Timur Tengah

Kunjungan Bersejarah Trump ke Arab Saudi: Fokus Ekonomi dan Isu Regional

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, melakukan lawatan penting ke Arab Saudi yang menandai babak baru dalam hubungan bilateral dan regional. Kedatangan Trump di Riyadh disambut langsung oleh Pangeran Mohammed bin Salman, mengawali serangkaian agenda penting yang berfokus pada kerjasama ekonomi dan isu-isu krusial di Timur Tengah.

Pesawat Air Force One yang membawa Trump mendarat di Riyadh pada Selasa (13/5/2025), dikawal oleh jet tempur F-15 Saudi sebagai simbol penghormatan. Kunjungan ini, yang berlangsung selama empat hari di kawasan Teluk, menggarisbawahi kemitraan strategis yang telah terjalin antara AS dan Saudi selama beberapa dekade, di mana Saudi menyediakan sumber energi dan AS menjamin keamanan.

Selama berada di Saudi, Trump menghadiri Forum Investasi Saudi-AS dan pertemuan puncak para pemimpin negara Teluk Arab. Agenda utama kunjungan ini lebih menekankan pada kesepakatan ekonomi, di tengah tantangan keamanan yang kompleks seperti konflik di Gaza dan potensi eskalasi program nuklir Iran.

Menteri Investasi Saudi, Khalid al-Falih, menyampaikan optimisme bahwa kerjasama antara Saudi dan Amerika akan menghasilkan dampak positif yang signifikan. Investasi dan peluang bisnis menjadi fokus utama, melampaui sekadar hubungan energi tradisional.

Pencabutan Sanksi Suriah: Langkah Berani Menuju Rekonsiliasi

Pengumuman mengejutkan datang dari Trump terkait pencabutan semua sanksi AS terhadap Suriah. Langkah ini, yang disampaikan saat kunjungan kenegaraan di Timur Tengah, bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi Suriah untuk bangkit kembali setelah konflik berkepanjangan.

Trump menyatakan bahwa sanksi telah menjalankan fungsinya, namun kini saatnya bagi Suriah untuk melangkah maju. Ia berharap pencabutan sanksi akan membuka jalan bagi kemajuan dan kejayaan Suriah.

Keputusan Trump disambut baik oleh Saudi, yang selama ini menyerukan pencabutan sanksi sejak penggulingan rezim Bashar al-Assad. Langkah ini juga memberikan dorongan besar bagi Presiden baru Suriah, Ahmed al-Sharaa, dalam upaya menstabilkan negara yang hancur akibat perang.

Pertemuan dengan Presiden Suriah dan Pesan untuk Iran

Trump juga dikabarkan bertemu dengan Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa, di Saudi. Pertemuan ini menjadi yang pertama antara pemimpin AS dan Suriah sejak tahun 2000. Dalam pertemuan tersebut, Trump meminta Sharaa untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, mendeportasi militan Palestina, dan mengambil alih kamp-kamp ISIS yang dikelola oleh gerilyawan Kurdi.

Selain isu Suriah, Trump juga menyampaikan pesan tegas kepada Iran. Ia menyatakan kesediaannya untuk membuat kesepakatan baru dengan Iran, asalkan para pemimpinnya mengubah arah. Trump juga memperingatkan bahwa Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir dan menawarkan kesepakatan yang tidak akan berlaku selamanya.

Trump menyoroti perbedaan tajam antara visi konstruktif Arab Saudi dan dampak negatif yang menurutnya disebabkan oleh para pemimpin Iran. Ia menegaskan bahwa tidak ada yang lebih kontras daripada bencana yang terjadi di Teluk Iran.

Setelah pertemuan tersebut, Trump mengatakan bahwa sanksi-sanksi era mantan Presiden Bashar al-Assad telah "benar-benar melumpuhkan" Suriah.

"Itu tidak akan mudah, jadi itu memberi mereka peluang yang bagus dan kuat, dan merupakan kehormatan bagi saya untuk melakukannya," kata Trump, saat berpidato di pertemuan puncak para pemimpin Teluk Arab.