Kisah Keteguhan Iman Sa'id bin al-Harits: Sahur di Dunia, Berbuka di Surga
Kisah Keteguhan Iman Sa'id bin al-Harits: Sahur di Dunia, Berbuka di Surga
Sepenggal kisah inspiratif datang dari medan perang Yamuk, 38 H, mengisahkan seorang pejuang muslim bernama Sa'id bin al-Harits. Bukan kemenangan di medan tempur yang menjadi sorotan, melainkan keteguhan imannya yang luar biasa, yang bahkan menjangkau alam baka. Kisah ini, sebagaimana dicatat dalam beberapa sumber seperti Qiyam Al-Lail wa Al-Munajat 'inda Al-Sahr karya Sallamah Muhammad Abu Al Kamal dan Ia Hidup Setelah Mati 100 Tahun karya Ahmad Zacky El-Syafa, serta dirujuk dalam Al-Buldan Futuhuha wa Ahkamuha karya Syaikh Al Baladzuri, menggambarkan Sa'id sebagai sosok yang tekun beribadah, bahkan di tengah kerasnya medan pertempuran melawan Kekaisaran Romawi.
Hisyam bin Yahya al-Kanni, saksi mata peristiwa ini, menceritakan bagaimana Sa'id, di tengah tugasnya sebagai prajurit dalam pasukan pimpinan Maslamah bin Abdul Malik, tetap menjalankan ibadah dengan penuh kesungguhan. Ia rajin berpuasa, mengerjakan salat malam, dan senantiasa berzikir serta membaca Al-Qur'an, bahkan di sela-sela waktu istirahatnya. Meskipun rekan-rekannya menawarkan bantuan untuk meringankan beban tugasnya, Sa'id menolak dengan tegas, mengutamakan ibadahnya di atas segalanya. Sikapnya yang demikian mengundang kekaguman sekaligus rasa iba dari Hisyam, yang kemudian menasehati Sa'id agar memperhatikan kesehatannya. Namun Sa'id menjawab dengan bijak, “Saudaraku, napas bisa dihitung, umur ada batasnya, dan hari-hari pun akan berakhir. Aku sedang menunggu kematian, dan tak lama lagi nyawaku akan dicabut.”
Suatu malam, Hisyam menyaksikan Sa'id tertidur sembari berbicara dan tertawa dalam mimpinya. Sa'id menceritakan pengalamannya di alam mimpi; ia melihat istana megah dan bidadari-bidadari jelita. Seorang bidadari menyapa Sa'id, menyebut dirinya sebagai istri Sa'id di alam baka dan mengundangnya berbuka puasa di surga. Namun, Sa'id hanya diizinkan untuk berbuka di surga pada malam ketiga. Dia diminta kembali ke dunia untuk melanjutkan jihadnya. Kejadian ini memperlihatkan pengorbanan dan kesiapan Sa'id untuk mengabdi pada Allah SWT bahkan hingga detik terakhir hidupnya.
Setelah bangun dari tidurnya, Sa'id kembali berjuang di medan perang dengan semangat yang luar biasa. Ia berpuasa dan bertempur hingga hari ketiga tiba. Tepat ketika matahari hampir terbenam, Sa'id gugur sebagai syahid akibat terkena anak panah musuh. Hisyam, yang menyaksikan kejadian tersebut, turut bersedih namun sekaligus bersuka cita atas wafatnya Sa’id yang telah mendapat janji untuk berbuka puasa di surga bersama bidadari. Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa ketaatan dan keimanan yang sejati mampu menghadirkan keajaiban dan pahala yang tak terhingga, bahkan hingga menembus batas dunia dan akhirat.
Hisyam kemudian mengimami salat jenazah Sa'id, dan berita kesyahidan Sa'id sampai kepada Maslamah bin Abdul Malik. Kisah Sa'id bin al-Harits menjadi sebuah pelajaran berharga bagi kita semua tentang arti keimanan, keteguhan, dan pengabdian sejati kepada Allah SWT. Kisahnya menjadi sebuah teladan bagi umat muslim untuk senantiasa mengutamakan ibadah dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dengan penuh kesiapan dan ketentraman.
Catatan: Wallahu a'lam bishawab (Allah SWT yang lebih mengetahui kebenarannya).