AS dan China Sepakati Gencatan Senjata Dagang, Tarif Impor Dipangkas Signifikan
AS dan China Umumkan Gencatan Senjata dalam Perang Dagang, Pasar Global Bereaksi Positif
Setelah melalui serangkaian perundingan yang intensif di Jenewa, Swiss, Amerika Serikat (AS) dan China akhirnya mencapai kesepakatan untuk menangguhkan sementara perang dagang yang telah berlangsung cukup lama. Kesepakatan ini diwujudkan dengan pemangkasan tarif impor secara signifikan selama periode 90 hari ke depan, memberikan harapan baru bagi stabilitas ekonomi global.
Menurut keterangan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, kedua negara sepakat untuk menurunkan tarif secara substansial. Untuk produk-produk asal AS yang memasuki pasar China, tarif diturunkan menjadi 10% dari sebelumnya 125%. Sementara itu, barang-barang dari China yang diimpor ke AS akan dikenakan tarif 30%, turun dari sebelumnya 145%. Penurunan tarif yang signifikan ini mencerminkan komitmen kedua negara untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi yang saling menguntungkan.
Gencatan senjata dagang ini disambut positif oleh para investor di seluruh dunia. Reaksi pasar menunjukkan optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global yang lebih stabil. Di AS, indeks berjangka Nasdaq melonjak 3,7%, indeks berjangka S&P 500 naik 2,7%, dan Dow Jones mengalami kenaikan lebih dari 840 poin atau setara dengan 2%. Lonjakan ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap kemampuan kedua negara untuk menyelesaikan sengketa perdagangan mereka secara damai.
Selain pasar saham, harga minyak mentah juga mengalami kenaikan signifikan. Minyak mentah berjangka patokan internasional Brent untuk pengiriman Juli diperdagangkan 2,7% lebih tinggi menjadi US$ 65,66 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 2,9% menjadi US$ 62,81 per barel. Kenaikan harga minyak ini mencerminkan ekspektasi peningkatan permintaan global seiring dengan meredanya ketegangan perdagangan.
Meski demikian, beberapa analis ekonomi memberikan pandangan yang lebih hati-hati. Mark Williams, Kepala Ekonom Asia di Capital Economics, menggambarkan gencatan senjata ini sebagai de-eskalasi yang substansial, tetapi menekankan bahwa tidak ada jaminan bahwa kesepakatan ini akan bersifat permanen. Ia mengingatkan bahwa periode 90 hari mungkin tidak cukup bagi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang komprehensif dan berkelanjutan.
Senada dengan Williams, Tai Hui, Kepala Strategi Pasar APAC di J.P. Morgan Asset Management, menyatakan bahwa pengurangan tarif ini lebih besar dari yang diharapkan, menunjukkan pengakuan kedua belah pihak bahwa tarif berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi global. Ia menambahkan bahwa investor masih menunggu rincian lebih lanjut tentang persyaratan perdagangan lainnya, seperti potensi pelonggaran pembatasan ekspor tanah jarang oleh China.
Kesepakatan ini diharapkan menjadi langkah awal yang positif dalam menyelesaikan sengketa perdagangan antara AS dan China. Namun, keberhasilan jangka panjang dari kesepakatan ini akan bergantung pada kemampuan kedua negara untuk mengatasi perbedaan-perbedaan mendasar dalam kebijakan ekonomi dan perdagangan mereka. Selama periode 90 hari ke depan, kedua belah pihak diharapkan dapat memanfaatkan waktu ini untuk melanjutkan negosiasi dan mencapai kesepakatan yang komprehensif dan berkelanjutan, yang akan menguntungkan tidak hanya kedua negara, tetapi juga ekonomi global secara keseluruhan.
- Analis pasar mewaspadai perjanjian ini dan menilai perjanjian ini tidak akan bertahan lama.
- Investor menunggu detail perjanjian lainnya.