Fenomena Meme 'Anomali' di Kalangan Anak: Daya Tarik di Balik Konten yang Mengkhawatirkan

Gelombang Meme Anomali: Mengapa Anak-Anak Terpikat?

Fenomena konten meme 'anomali' atau Italian brainrot tengah menjangkiti dunia maya, khususnya platform TikTok. Generasi Alpha, sebutan bagi anak-anak yang lahir setelah tahun 2010, menjadi pengikut setia tren ini. Istilah-istilah seperti "tung tung tung sahur" dan "ballerina cappuccina" kerap terlontar dari bibir mereka, bahkan dalam percakapan sehari-hari. Namun, di balik euforia tersebut, terselip kekhawatiran mendalam di benak para orang tua.

Keresahan ini muncul bukan tanpa alasan. Beberapa konten meme anomali menampilkan visualisasi dan narasi yang dianggap tidak pantas untuk konsumsi anak-anak. Contohnya, karakter "tung tung tung sahur" yang digambarkan memukuli karakter lain, "tralalero tralala", menggunakan tongkat baseball, semua karena perebutan sosok "ballerina cappuccina". Adegan-adegan semacam ini memicu pertanyaan tentang dampak psikologis yang mungkin timbul pada anak-anak.

Mencari Sensasi: Daya Tarik Konten Absurd

Lantas, apa yang membuat konten meme anomali begitu menarik bagi anak-anak? Dr. dr. Taufiq Pasiak M.Kes., M.Pd.I., seorang ilmuwan otak sekaligus Dekan FK UPN Veteran Jakarta, menjelaskan bahwa ketertarikan ini berakar pada keinginan anak-anak untuk keluar dari arus utama. Mereka mencari sesuatu yang berbeda, yang menawarkan efek kejut dan sensasi yang tidak ditemukan dalam konten-konten konvensional.

Konten mainstream umumnya mengikuti alur cerita yang jelas, dengan tokoh protagonis dan antagonis yang mudah dikenali. Namun, meme anomali menawarkan sesuatu yang lebih 'liar' dan tidak terduga. Narasi yang absurd, warna-warna yang mencolok, dan suara-suara aneh menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Dr. Taufiq mencontohkan karya sastra Franz Kafka, seperti novel "Metamorfosis", yang menghadirkan unsur absurditas dan kejutan melalui transformasi manusia menjadi serangga. Hal serupa tampaknya dicari oleh anak-anak dalam konten meme anomali.

Efek Kejut dalam Visual dan Narasi

Salah satu ciri khas meme anomali adalah visualisasi karakter yang unik dan tidak lazim. Bentuk-bentuk hibrida, seperti gabungan hewan dengan benda mati, manusia dengan hewan, atau manusia dengan benda mati, menjadi daya tarik visual yang kuat. Karakter "tung tung tung sahur", misalnya, digambarkan memiliki tangan dan kaki manusia, membawa tongkat baseball, dan terkadang memakai headset. Sementara itu, "ballerina cappuccina" adalah seorang balerina dengan kepala cangkir berisi cappuccino, dan "tralalero tralala" adalah ikan hiu dengan sirip yang menyerupai kaki dan memakai sepatu.

Warna-warna yang digunakan dalam meme anomali juga cenderung lebih kontras dan mencolok dibandingkan dengan karakter kartun pada umumnya. Selain itu, setiap karakter memiliki kata-kata khas yang sering diucapkan, seperti tongue twister. Narasi yang disajikan pun jauh berbeda dengan konten anak-anak pada umumnya. Jika konten anak-anak biasanya mengangkat tema persahabatan, moralitas, atau keterampilan dasar, meme anomali justru membahas tema-tema dewasa seperti perselingkuhan, pembunuhan, bahkan hal-hal yang bersifat seksual.

Pengawasan Orang Tua: Kunci Bijak dalam Menghadapi Tren

Meski menawarkan hiburan dan efek kejut yang menarik bagi anak-anak, Dr. Taufiq menekankan pentingnya pengawasan dan pendampingan orang tua. Konten meme anomali sebaiknya dikonsumsi dalam jangka pendek dan tidak sampai membuat anak kecanduan. Orang tua perlu proaktif memberikan penjelasan kepada anak-anak bahwa dunia yang ditampilkan dalam meme anomali bukanlah dunia yang nyata.

Pendampingan orang tua juga penting dalam memilih konten meme anomali yang tepat. Tidak semua konten meme anomali mengandung visualisasi dan narasi yang buruk. Beberapa konten menampilkan karakter "tung tung tung sahur" yang sekadar menari, misalnya. Namun, secara umum, konten meme anomali lebih cocok ditonton oleh orang dewasa.

Sebagai langkah pencegahan, Dr. Taufiq menganjurkan agar orang tua mengarahkan anak untuk tidak terlalu sering menonton video-video pendek di TikTok. Durasi video yang singkat dapat membuat anak sulit fokus dan berpikir secara mendalam. Ia menyarankan agar anak-anak dibiasakan menonton konten yang berdurasi lebih panjang, minimal tujuh menit, agar mereka dapat lebih fokus dan tidak mudah terdistraksi. Orang tua juga perlu mencari tahu apa yang membuat anak tertarik pada meme anomali, lalu mencari konten serupa dalam bentuk video yang lebih panjang dan mendidik. Pendampingan orang tua tetap menjadi kunci utama dalam menghadapi fenomena ini.