Ukuran Celana Jeans Bukan Satu-Satunya Penentu Risiko Kematian: Analisis Dokter FKUI

Pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengenai korelasi antara ukuran celana dan risiko kematian dini telah memicu diskusi di kalangan masyarakat. Pernyataan tersebut mengaitkan ukuran celana yang lebih besar dengan potensi timbunan lemak visceral, yang diketahui dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.

Menanggapi hal ini, Prof. Ari Fahrial Syam, seorang spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), menekankan perlunya interpretasi yang hati-hati terhadap pernyataan tersebut. Ia menjelaskan bahwa obesitas dan lingkar perut memang merupakan faktor risiko kesehatan, tetapi tidak dapat dijadikan satu-satunya indikator untuk memprediksi risiko kematian seseorang.

Prof. Ari menjelaskan bahwa risiko kematian, terutama yang berkaitan dengan penyakit kardiovaskular dan metabolik, bersifat multifaktorial. Artinya, ada banyak faktor yang saling berinteraksi dan berkontribusi terhadap risiko tersebut.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan selain lingkar perut meliputi:

  • Kadar Kolesterol: Kadar kolesterol total di atas 150 mg/dL dan LDL (low-density lipoprotein) di atas 100 mg/dL dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
  • Kebiasaan Merokok: Merokok merupakan faktor risiko utama untuk berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung, stroke, dan kanker. Bahkan seseorang dengan ukuran celana yang lebih kecil pun berisiko tinggi jika ia merokok.
  • Indeks Massa Tubuh (BMI): BMI adalah ukuran berat badan relatif terhadap tinggi badan, dan digunakan untuk mengklasifikasikan seseorang sebagai kekurangan berat badan, berat badan normal, kelebihan berat badan, atau obesitas. WHO menetapkan overweight di atas 25 dan obesitas di atas 30, sedangkan standar Asia Pasifik bahkan lebih rendah.

Prof. Ari menekankan bahwa penilaian risiko kematian harus dilakukan secara komprehensif dan tidak boleh hanya berdasarkan satu indikator tunggal. Penggunaan indikator tunggal dapat menimbulkan kecemasan yang tidak perlu di masyarakat.

Ia juga menekankan pentingnya edukasi yang seimbang dan akurat agar masyarakat tidak merasa takut tanpa alasan yang jelas. Kecemasan itu sendiri dapat memperburuk kondisi kesehatan.

Sebagai penutup, Prof. Ari menegaskan bahwa obesitas merupakan masalah kesehatan yang serius, tetapi tidak boleh disederhanakan menjadi sekadar ukuran celana. Masyarakat perlu memahami bahwa risiko kematian dipengaruhi oleh berbagai faktor dan memerlukan penilaian yang holistik.