Bilal Indrajaya Rilis EP 'Dua Dunia', Ungkap Kerinduan dan Kebahagiaan dalam Kesederhanaan

Penyanyi dan penulis lagu Bilal Indrajaya baru saja merilis mini album (EP) terbarunya yang bertajuk 'Dua Dunia'. Album ini menawarkan interpretasi mendalam tentang berbagai dualitas dalam hidup, mulai dari perbedaan keyakinan hingga fase-fase kehidupan yang berbeda. 'Dua Dunia' menjadi wadah bagi Bilal untuk menuangkan perasaan sunyi dan senyap, yang kemudian dibalut dengan dedikasi khusus untuk mendiang Ade Paloh, vokalis grup musik Sore yang sangat dihormatinya.

EP ini dibuka dengan dua lagu yang didedikasikan untuk mengenang Ade Paloh, yaitu "Kaus Kaki Merah" dan "Achir Maret". Bilal mengungkapkan bahwa lagu "Kaus Kaki Merah" terinspirasi dari kebiasaan Ade Paloh yang sering mengenakan kaus kaki berwarna merah. Sementara itu, judul "Achir Maret" merupakan penghormatan terhadap nama panggilan Ade Paloh (Achmar) serta bulan kelahirannya. Meskipun lagu "Kaus Kaki Merah" bercerita tentang kehilangan dan kerinduan, Bilal mengemasnya dengan aransemen musik yang cenderung ceria, menghindari kesan yang terlalu melankolis.

Bilal menjelaskan bahwa ia ingin menyampaikan rasa rindunya kepada Ade Paloh dengan cara yang positif dan penuh senyuman. Ia mengajak pendengar untuk menghadapi kehilangan dengan tegar dan menghargai kenangan yang ada.

Selain lagu-lagu ciptaannya sendiri, Bilal juga menyertakan interpretasinya terhadap lagu "Bunga Kenangan di Bandung Utara" karya Lafa Pratomo. Bilal mengaku sangat mengagumi karya Lafa Pratomo tersebut dan merasa terhormat dapat membawakannya dengan gaya yang berbeda.

Trek berikutnya menghadirkan lagu "Akhir Pekan yang Hilang" dan "Tanya". Kedua lagu ini mengeksplorasi tema romansa dengan sentuhan melankolis. Bilal tetap mempertahankan ciri khasnya dalam menulis lirik yang sederhana, namun mampu menyentuh hati pendengar.

Bilal mengungkapkan bahwa lagu "Tanya" diciptakan dalam waktu singkat, tepat sebelum proses rekaman. Meskipun demikian, lagu ini tetap terdengar matang dan tidak terkesan terburu-buru. Inspirasi untuk lagu "Tanya" datang dari karya-karya puisi Sapardi Djoko Damono, seorang penyair yang sangat dikagumi oleh Bilal. Terutama pada larik yang berbunyi 'yang fana adalah waktu, kita abadi' yang membuatnya sangat terinspirasi.

Bilal menjelaskan bahwa ia lebih menyukai gaya penulisan lirik yang lugas dan mudah dimengerti. Ia menghindari penggunaan metafora yang rumit dan memilih bahasa yang sederhana namun tetap bermakna.

Secara keseluruhan, EP 'Dua Dunia' menghadirkan kombinasi antara kesedihan dan kebahagiaan. Meskipun beberapa lagu di dalamnya mengandung unsur kerinduan, Bilal menekankan bahwa ia merasa sangat senang dapat menyelesaikan proyek ini. Ia berharap EP ini dapat memberikan pengalaman mendengarkan yang menyenangkan bagi para penggemarnya.

Bilal Indrajaya mengajak pendengar untuk tidak larut dalam kesedihan, melainkan menikmati prosesnya dengan hati yang gembira. 'Dua Dunia' adalah sebuah perjalanan emosional yang mengajak pendengar untuk merenungkan makna hidup dan menghargai setiap momen yang ada.