IHSG Sentuh Angka 7.000, Rupiah Tertekan di Tengah Sentimen Global dan Domestik
Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Rabu (14/5/2025) menunjukkan sinyal positif dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil menembus level psikologis 7.000. Pada pukul 09.03 WIB, IHSG tercatat berada di posisi 7.022,77, mengalami kenaikan sebesar 42,89 poin atau 0,61 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya yang berada di level 6.979,88.
Data perdagangan mencatat sebanyak 248 saham mengalami kenaikan, sementara 113 saham berada di zona merah. Sebanyak 221 saham lainnya terpantau stagnan. Nilai transaksi yang terjadi hingga saat ini mencapai Rp 1,05 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 1,74 miliar saham.
Sentimen positif bagi IHSG ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar negeri. Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyoroti kesepakatan yang dijalin oleh Presiden AS Donald Trump dengan berbagai negara, termasuk kesepakatan dengan Qatar senilai lebih dari 243,5 miliar dollar AS serta janji investasi yang lebih besar mencapai 1,2 triliun dollar AS. Kesepakatan ini menambah nilai investasi Qatar sebelumnya senilai 600 miliar dollar AS di sektor manufaktur, produk, dan pelayanan AS.
Sementara itu, mayoritas bursa saham di kawasan Asia justru menunjukkan tren negatif. Nikkei 225 turun 1,19 persen (455,60 poin) ke level 37.672,50, Hang Seng merosot 0,54 persen (127,83 poin) ke level 23.512,82, dan Shanghai Composite turun 0,46 persen (15,62 poin) ke level 3.388,32. Strait Times menjadi pengecualian dengan kenaikan sebesar 0,30 persen (11,56 poin) ke level 3.882,61.
Di sisi lain, mata uang Rupiah mengalami tekanan terhadap dollar AS di pasar spot. Data Bloomberg menunjukkan bahwa pada pukul 09.15 WIB, Rupiah berada pada level Rp 16.572 per dollar AS, atau melemah tipis 0,06 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.561,5 per dollar AS.
Pengamat Pasar Uang sekaligus Presiden Direktur Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa penguatan indeks dollar AS menjadi salah satu faktor pendorong pelemahan Rupiah. Selain itu, keberhasilan negosiasi antara AS dan China yang menekan tarif barang dari China turut memberikan sentimen positif bagi perekonomian AS dan memperkuat posisi dollar AS.
Dari dalam negeri, pasar juga menyoroti potensi perlambatan ekonomi yang tercermin dari tingginya tingkat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di kuartal pertama tahun ini, serta Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal I-2025 Indonesia yang masih kesulitan menembus angka 5 persen, yang diduga disebabkan oleh melemahnya konsumsi. Ariston memperkirakan potensi tekanan pelemahan Rupiah terhadap dollar AS dapat mencapai level 16.680, dengan potensi support di kisaran 16.500 pada hari ini.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pasar:
- Sentimen Global:
- Kesepakatan dagang AS dengan berbagai negara.
- Performa bursa saham regional.
- Penguatan indeks dollar AS.
- Negosiasi AS-China.
- Sentimen Domestik:
- Kinerja IHSG.
- Tingkat PHK.
- Pertumbuhan PDB.
- Konsumsi dalam negeri.