Penurunan Okupansi Ancam Pekerja Hotel di Solo: Dari Pelayan Tamu Jadi Korban Libur Paksa
Industri perhotelan di Solo tengah menghadapi tantangan berat akibat penurunan tingkat hunian kamar yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Situasi ini diperparah dengan adanya kebijakan efisiensi anggaran pemerintah yang berdampak langsung pada aktivitas bisnis dan kegiatan Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions (MICE) yang menjadi andalan utama hotel, khususnya hotel bintang empat dan lima.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Solo mengungkapkan bahwa okupansi hotel di wilayah Solo merosot tajam, hanya berkisar antara 20 hingga 30 persen pada hari kerja setelah adanya pemangkasan anggaran. Ketua PHRI Kota Solo, Joko Sutrisno, menjelaskan bahwa penurunan ini disebabkan oleh sepinya kegiatan MICE yang biasanya mendatangkan banyak tamu dari kalangan pegawai pemerintah. Hotel-hotel berbintang, selain mengandalkan kamar, juga memperoleh pendapatan signifikan dari penyewaan ruang rapat dan aula untuk kegiatan MICE. Sementara itu, hotel bintang satu ke bawah kurang merasakan dampak dari kegiatan MICE.
Kendati demikian, Joko mengakui bahwa tingkat hunian hotel dapat melonjak saat musim libur panjang, namun peningkatan ini bersifat sementara. Misalnya, saat libur panjang Waisak baru-baru ini, okupansi hotel sempat mencapai 100 persen. Akan tetapi, pada hari terakhir libur, tingkat hunian kembali menurun drastis menjadi hanya 50 persen.
Penurunan pendapatan hotel ini berdampak langsung pada nasib para pekerja hotel di Solo. Banyak hotel terpaksa meliburkan pekerja harian (daily worker) mereka. Sementara itu, bagi pegawai kontrak, diterapkan sistem kerja bergantian, yaitu satu minggu masuk dan satu minggu libur. Ironisnya, para pekerja hotel yang sebelumnya sibuk melayani tamu yang sedang berlibur, kini justru menjadi korban dari situasi tersebut dan terpaksa ikut diliburkan.
Joko tidak memberikan angka pasti mengenai jumlah karyawan hotel yang terpaksa dirumahkan akibat penurunan pendapatan ini. Namun, ia memastikan bahwa upah para pekerja akan dibayarkan sesuai dengan jam kerja mereka. Joko juga mengungkapkan bahwa ada beberapa event dari kementerian yang mulai masuk, tetapi dampaknya belum signifikan.
Dalam upaya mencari solusi, PHRI Kota Solo telah berkoordinasi dengan Wali Kota Solo untuk membahas dampak efisiensi anggaran terhadap industri perhotelan dan restoran di kota tersebut. Meskipun belum ada bantuan langsung berupa potongan retribusi atau pengurangan pajak, pemerintah daerah berencana untuk menggelar berbagai event guna menarik lebih banyak wisatawan ke Solo. Salah satunya adalah acara tahunan Solo Raya Garage Sale, yang menawarkan diskon menarik untuk hotel, restoran, dan pusat perbelanjaan modern di Kota Solo.
Berikut adalah format markdown untuk list:
- Okupansi hotel di Solo merosot tajam.
- Kebijakan efisiensi anggaran pemerintah memperburuk keadaan.
- Pekerja harian hotel diliburkan.
- Pegawai kontrak bekerja bergantian.
- Pemerintah daerah berupaya mendatangkan event untuk menarik wisatawan.