Sarinah: Ikon Jakarta yang Lahir dari Mimpi Soekarno dan Semangat Kemandirian Ekonomi

Gedung Sarinah, berdiri kokoh di jantung kawasan Thamrin, Jakarta, bukan sekadar pusat perbelanjaan modern. Lebih dari itu, ia adalah monumen hidup, saksi bisu sejarah bangsa, dan perwujudan visi ekonomi Soekarno yang berorientasi pada kemandirian. Gedung ini menjadi simbol yang mengingatkan pada cita-cita luhur pendiri bangsa.

Inspirasi pembangunan Sarinah muncul pada tahun 1962, saat Soekarno melakukan kunjungan ke negara-negara sosialis. Terkesan dengan model pusat distribusi nasional yang berfungsi mengendalikan harga dan mempromosikan produk lokal, Soekarno mencetuskan ide serupa untuk Indonesia. Lahirlah Sarinah, sebuah department store milik negara yang namanya diambil dari pengasuh masa kecil Soekarno, seorang wanita sederhana yang mengajarkannya tentang cinta dan pengabdian tanpa pamrih. Soekarno ingin mewujudkan cintanya kepada rakyat melalui gedung ini.

Sarinah dibangun dengan dana pampasan perang dari Jepang, dengan melibatkan perusahaan konstruksi Obayashi Corporation. Pada masanya, Sarinah adalah bangunan modern dengan 15 lantai, dilengkapi eskalator pertama di Indonesia, pendingin udara, dan mesin kasir elektronik. Lebih dari sekadar fasilitas mewah, Sarinah menjadi wadah bagi usaha kecil dan menengah (UKM) untuk bersaing dengan produk asing, mewujudkan mimpi Soekarno tentang kemandirian ekonomi.

Namun, perjalanan Sarinah tidak selalu mulus. Perubahan strategi bisnis pada tahun 1970-an menggeser fokus Sarinah dari pusat pangan dan sandang menjadi pusat batik dan kerajinan tangan. Ruang-ruang di Sarinah mulai disewakan kepada merek-merek asing, mengubah wajah Sarinah dari etalase produk lokal menjadi etalase global. Gedung ini juga mengalami tiga kali kebakaran, yang pertama pada tahun 1980, kemudian pada tahun 1984, dan terakhir pada tahun 2015. Meskipun sempat mengalami kerusakan, Sarinah tetap berdiri tegak.

Semangat untuk menghidupkan kembali Sarinah muncul pada tahun 2020 melalui proyek revitalisasi besar-besaran. Bentuk asli bangunan dikembalikan, termasuk pembongkaran kanopi segitiga yang menutupi wajah aslinya sejak tahun 1990-an. Relief-relief yang menggambarkan perempuan berkemben, buruh, nelayan, dan sosok Sarinah ditemukan di balik dinding dan sudut-sudut tersembunyi. Ruang-ruang yang sebelumnya berfungsi sebagai ruang servis kini dialihfungsikan agar relief-relief tersebut dapat dinikmati oleh publik.

Saat ini, Sarinah kembali menggandeng UKM dari seluruh Indonesia, menghidupkan kembali semangat kemandirian ekonomi yang dulu digagas oleh Soekarno. Lebih dari sekadar pusat perbelanjaan, Sarinah adalah simbol sejarah, warisan budaya, dan perwujudan mimpi tentang Indonesia yang mandiri dan berdaulat secara ekonomi. Sarinah menjadi cerminan harapan dan cita-cita luhur bangsa.