Ketahanan Pangan Nasional: Pilar Utama Kemandirian Ekonomi Indonesia

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei bukan sekadar ritual seremonial, melainkan momentum krusial bagi bangsa Indonesia untuk merefleksikan perjalanan panjang meraih kemerdekaan. Semangat nasionalisme, kemandirian, dan pemberdayaan, yang menjadi esensi kebangkitan, harus diaktualisasikan dalam menghadapi tantangan zaman, terutama dalam mewujudkan ketahanan pangan sebagai fondasi kemandirian ekonomi.

Ketahanan pangan melampaui sekadar swasembada beras atau ketersediaan stok pangan. Ia mencakup kemampuan negara dan rakyat untuk secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang berpihak pada petani, nelayan, dan pelaku usaha pertanian lokal. Selain itu, hal ini memastikan akses pangan bergizi bagi seluruh warga negara.

Urgensi Ketahanan Pangan

Negara yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri akan terus bergantung pada pihak eksternal, sehingga rentan terhadap krisis, manipulasi harga global, dan gejolak geopolitik. Ketahanan pangan adalah pilar utama kemandirian ekonomi nasional. Indonesia, sebagai negara agraris yang subur, ironisnya masih mengandalkan impor untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan pangan pokoknya. Data menunjukkan bahwa Indonesia masih mengimpor jutaan ton beras, gandum, dan komoditas strategis lainnya. Ketergantungan ini mencerminkan kelemahan sistem produksi dalam negeri, seperti keterbatasan lahan pertanian produktif, ketidakstabilan harga pupuk dan benih, serta rendahnya regenerasi petani.

Petani dan nelayan, yang seharusnya menjadi garda terdepan ketahanan pangan, justru berada dalam posisi rentan akibat upah yang tidak memadai, akses pembiayaan yang sulit, dan dampak perubahan iklim. Padahal, sektor pertanian dan kelautan memiliki potensi besar untuk menjadi tulang punggung ekonomi nasional jika diberdayakan secara optimal. Pandemi COVID-19 dan konflik geopolitik telah mengganggu rantai pasok global dan memicu lonjakan harga pangan. Kondisi ini menjadi pengingat betapa pentingnya membangun ketahanan dan kedaulatan pangan secara serius.

Strategi Mewujudkan Ketahanan Pangan

Krisis global menjadi momentum untuk mereorientasi kebijakan, dari konsumsi ke produksi, dari impor ke penguatan lokal, dan dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi agraris berkelanjutan. Kebangkitan ekonomi nasional harus dimulai dari sektor pertanian dan kelautan. Ketahanan pangan memerlukan pendekatan lintas sektor dan kolaborasi multipihak. Ada beberapa pilar utama dalam membangun ekosistem ketahanan pangan:

  • Reformasi agraria dan akses lahan: Memastikan petani kecil memiliki akses terhadap lahan produktif melalui redistribusi tanah, pemberantasan mafia tanah, dan perlindungan lahan pertanian dari alih fungsi.
  • Sarana produksi terjangkau: Memberikan subsidi pupuk dan benih yang tepat sasaran, serta mendorong inovasi teknologi pertanian presisi, digitalisasi pertanian, dan penggunaan benih unggul lokal.
  • Pembiayaan dan asuransi pertanian: Memperkuat akses petani terhadap pembiayaan murah melalui KUR pertanian, fintech syariah, dan skema asuransi pertanian.
  • Penguatan rantai pasok dan infrastruktur: Berinvestasi pada infrastruktur jalan, pelabuhan, sistem logistik, cold storage, pasar tani digital, dan transportasi desa-kota.
  • Kampanye konsumsi pangan lokal: Mengurangi ketergantungan pada makanan instan dan impor, serta meningkatkan konsumsi pangan lokal yang bergizi.

Indonesia memiliki bonus demografi yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan ketahanan pangan. Sektor pangan harus di-rebranding sebagai profesi yang mulia dan menjanjikan bagi generasi muda. Program petani milenial, inkubasi agribisnis, sekolah lapang pertanian, dan platform pertanian digital perlu diperluas dan difasilitasi.

Ketahanan pangan adalah fondasi untuk kebangkitan ekonomi nasional yang berdaulat dan inklusif. Dengan memenuhi kebutuhan pangan sendiri, Indonesia dapat menghemat devisa impor, menekan inflasi pangan, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat ekonomi perdesaan. Indonesia berpotensi menjadi lumbung pangan dunia dengan memanfaatkan sumber daya alam dan iklim tropis yang mendukung panen sepanjang tahun.

Namun, semua ini memerlukan keberpihakan politik yang kuat, tata kelola yang bersih, dan partisipasi masyarakat yang luas. Semangat kemandirian yang digagas oleh para tokoh perintis kebangkitan nasional harus diwujudkan dalam konteks ketahanan pangan di era global. Kebangkitan saat ini bukan lagi melawan kolonialisme fisik, tetapi ketergantungan ekonomi. Ini adalah perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan dan keberdayaan ekonomi dari akar rumput.

Momen Hari Kebangkitan Nasional adalah waktu yang tepat untuk menyatukan langkah dan memperkuat komitmen kolektif dalam membangun Indonesia yang berdaulat pangan dan bangkit ekonominya. Ketahanan pangan adalah agenda nasional yang melibatkan seluruh komponen bangsa. Mari jadikan sawah, ladang, laut, dan hutan sebagai medan juang baru dalam membangun kebangkitan Indonesia yang sesungguhnya.