Tragedi Longsor Trenggalek: Saksi Mata Ungkap Detik-Detik Terakhir Sebelum Bencana Menimpa Tetangganya
Trenggalek Dihantam Longsor: Akses Terbuka, Pencarian Korban Terus Dilakukan
Bencana tanah longsor dahsyat melanda Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, menimbun sejumlah rumah dan menyebabkan beberapa warga hilang. Akses menuju lokasi kejadian, yang sempat terisolasi, kini telah berhasil dibuka, memungkinkan tim SAR gabungan untuk menjangkau area terdampak. Namun, tantangan masih menghadang, terutama dalam menghadirkan alat berat ke titik longsor akibat kondisi medan yang sulit.
Tim SAR gabungan terus berupaya keras mencari enam orang yang diduga kuat tertimbun material longsor di Desa Depok, Kecamatan Bendungan. Gambaran kerusakan yang ditinggalkan longsor sangat memprihatinkan. Bagian atas perbukitan terlihat menganga akibat longsor, dan material tanah serta bebatuan menyapu bersih permukiman di bawahnya. Akibatnya, sepuluh rumah mengalami kerusakan parah, dan tiga rumah lainnya lenyap tertimbun longsor.
Kawasan permukiman yang dulunya tertata rapi dengan jalan desa yang menghubungkan antar rumah, kini hancur berantakan. Longsor telah memorak-porandakan bangunan dan memutus akses jalan antar kampung. Salah seorang warga Dusun Kebon Agung, Desa Depok, Kecamatan Bendungan, dengan pilu menceritakan bagaimana rumahnya rata dengan tanah akibat terjangan longsor yang terjadi pada Senin (19/05/2025) sore.
Kesaksian Korban Selamat: Melihat Tetangga di Teras Sebelum Tertimbun
Subolo (57), seorang warga yang selamat dari bencana, menuturkan detik-detik mencekam saat kejadian. Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut tanpa henti membuat Subolo waspada. Ia melihat sebuah pohon besar di bukit atas rumahnya tampak miring. Tak lama kemudian, suara gemuruh keras disertai ledakan dari atas bukit membuat jantungnya berdegup kencang. Seketika, tanah longsor meluncur deras, dan Subolo berlari sekuat tenaga untuk menyelamatkan diri.
"Saya hampir terkena longsor, saya lari sekuat tenaga," ujarnya menggambarkan kengerian saat itu.
Sesaat sebelum longsor terjadi, Subolo melihat enam tetangganya, yang masih memiliki hubungan saudara, sedang berkumpul di teras rumah mereka. "Itu samping rumah saya, dan masih saudara. Terakhir saya melihat, mereka semua masih berkumpul di teras," kata Subolo dengan nada sedih dan mata berkaca-kaca.
Belum sempat Subolo memperingatkan mereka untuk menyelamatkan diri, enam orang yang berada di teras tersebut tersapu dan tertimbun material longsor beserta rumah mereka. "Begitu longsor saya lari ke samping rumah. Biasanya saya tidak pernah lewat situ. Kalau saya lewat seperti biasanya, mungkin saya sudah tidak selamat," ungkapnya.
Ia tak mampu mengingat berapa jauh dan sesulit apa jalan yang ia tempuh untuk menghindari kejaran material longsor yang terus meluncur ke bawah. "Setelah di tempat aman saya sadar dan melihat lokasi sudah rusak tidak berbentuk," kenangnya.
Tantangan dan Imbauan
Kondisi lokasi yang terputus dan membentuk jurang menyulitkan alat berat untuk mencapai titik pencarian. Meskipun demikian, tim gabungan telah berhasil menjangkau lokasi secara manual. Kendala lain adalah kondisi tanah yang masih basah dan labil, meningkatkan risiko terjadinya longsor susulan.
Kepala Pelaksana BPBD Jawa Timur, Gatot Soebroto, mengimbau warga yang rumahnya berada di sekitar lokasi rawan longsor susulan untuk segera melakukan evakuasi mandiri ke tempat yang lebih aman. "Kondisi tanah masih basah, dan ada beberapa rumah belum terdampak di sekitar lokasi, agar segera evakuasi mandiri," tegasnya.
Upaya pembukaan jalur baru di lokasi kejadian terus dilakukan oleh tim gabungan untuk mempercepat proses pencarian korban.