Inisiatif Kemendikbudristek: Membangun SDM Unggul Melalui Program Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda

Dua Program Pendidikan Nasional Diluncurkan untuk Indonesia Emas 2045

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan dua program pendidikan inovatif, Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda, sebagai langkah strategis untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Kedua program ini dirancang untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk kelompok rentan dan keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas, namun dengan pendekatan dan kriteria seleksi yang berbeda.

Sekolah Rakyat: Akses Pendidikan Tanpa Tes untuk Keluarga Miskin

Sekolah Rakyat menjadi wujud komitmen pemerintah dalam memberikan afirmasi kepada anak-anak dari keluarga miskin dan sangat miskin. Menteri Sosial, Saifullah Yusuf, menjelaskan bahwa program ini mengutamakan aksesibilitas tanpa memandang kemampuan akademik calon siswa. Prioritas utama adalah mereka yang berasal dari desil satu, yaitu kelompok masyarakat dengan kondisi ekonomi terendah.

"Sekolah Rakyat tidak memberlakukan tes akademik sebagai syarat masuk. Fokus utama adalah memastikan anak-anak dari keluarga miskin ekstrem mendapatkan kesempatan pendidikan," tegas Gus Ipul.

Prof. Mohammad Nuh, Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, menambahkan bahwa meskipun tidak ada tes akademik, pemetaan kemampuan (academic mapping) tetap dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memahami potensi dan kebutuhan setiap siswa sejak awal. Pemetaan ini juga mencakup aspek kesehatan fisik dan psikologis.

"Kami ingin mengetahui kondisi anak secara holistik, termasuk riwayat kesehatan mereka. Bahkan jika ada siswa dengan penyakit tertentu, mereka tetap diterima dan mendapatkan penanganan medis yang dibutuhkan," ujar Prof. Nuh. Pendekatan individual ini memungkinkan Sekolah Rakyat untuk mengembangkan potensi siswa sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Pemanfaatan pendekatan DNA Talenta juga dipertimbangkan untuk mengidentifikasi kekuatan alami anak-anak, sehingga mereka dapat diarahkan untuk mengembangkan potensi yang sesuai.

Sekolah Garuda: Pendidikan Inklusif Berbasis Prestasi dan Ekonomi

Sekolah Garuda, di sisi lain, menekankan pada inklusivitas dengan membuka kesempatan bagi siswa dari berbagai latar belakang. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Stella Christie, menjelaskan bahwa Sekolah Garuda dirancang sebagai sekolah inklusif, bukan eksklusif.

"Sekolah Garuda adalah wujud komitmen kami terhadap pendidikan inklusif. Kami ingin memberikan kesempatan yang sama kepada semua anak, termasuk mereka yang memiliki disabilitas," kata Stella.

Penerimaan siswa di Sekolah Garuda didasarkan pada dua kriteria utama: kondisi ekonomi dan prestasi akademik. Sebanyak 80% siswa akan menerima beasiswa penuh, sementara sisanya merupakan siswa dengan biaya mandiri. Namun, berbeda dengan Sekolah Rakyat, Sekolah Garuda tetap menerapkan seleksi akademik sebagai bagian dari proses penerimaan.

Perbedaan Mendasar

Perbedaan utama antara kedua program ini terletak pada pendekatan seleksi. Sekolah Rakyat mengutamakan aksesibilitas bagi anak-anak dari keluarga miskin ekstrem tanpa memandang kemampuan akademik, sementara Sekolah Garuda menerapkan seleksi akademik dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi calon siswa. Kedua program ini memiliki tujuan yang sama, yaitu memberikan pendidikan berkualitas bagi seluruh anak Indonesia, namun dengan jalur masuk dan pendekatan yang disesuaikan dengan karakteristik sasaran masing-masing. Sekolah Garuda bertujuan untuk mengembangkan bibit unggul melalui seleksi, sementara Sekolah Rakyat berfokus pada memberikan kesempatan dan membina potensi anak-anak yang selama ini kurang terlayani oleh sistem pendidikan konvensional.

"Fokus utama Sekolah Rakyat adalah mereka yang berada di desil satu, yaitu kelompok miskin dan sangat miskin. Ini adalah perbedaan yang sangat signifikan," pungkas Gus Ipul.