Ramadan dan Tantangan Akademik: Siswa Hadapi SNBT dan Persiapan SMA di Tengah Ibadah
Ramadan dan Tantangan Akademik: Siswa Hadapi SNBT dan Persiapan SMA di Tengah Ibadah
Bulan Ramadan 1446 H tahun 2025 menjadi momen unik bagi siswa sekolah di Indonesia. Mereka tak hanya fokus pada ibadah, tetapi juga menghadapi tantangan akademik yang signifikan, mulai dari ujian akhir sekolah hingga persiapan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) bagi calon mahasiswa. Adaptasi jadwal belajar dan strategi belajar efektif menjadi kunci keberhasilan mereka dalam menyeimbangkan kewajiban religius dan akademis.
Di SMP Negeri 13 Jakarta, misalnya, Ahmad Raska Akbar merasakan dampak positif dari penyesuaian jam sekolah selama Ramadan. Dengan jam belajar yang dipadatkan dari pukul 06.30 hingga 12.00 WIB, Raska memiliki lebih banyak waktu untuk beribadah dan beristirahat. Meskipun jadwal belajar lebih singkat, Raska tetap fokus belajar, khususnya matematika dan sains, untuk mencapai tujuannya masuk SMA negeri. Motivasi kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi menjadi pendorong semangat belajarnya selama bulan puasa.
Sementara itu, di SMAN 29 Jakarta, Wilda, siswi kelas 12 yang bercita-cita kuliah di prodi S1 Administrasi Pajak Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta melalui jalur SNBT 2025, juga menerapkan strategi belajar yang efektif. Sekolahnya mengakomodasi kebutuhan siswa muslim dengan menyediakan waktu untuk salat Duha berjamaah sebelum memulai pelajaran. Setelah kegiatan akademik yang berakhir pukul 12.00 WIB, waktu diisi dengan tadarus Al-Qur'an secara berkelompok, yang menjadi kegiatan positif yang menyeimbangkan aktivitas belajar dan ibadah. Program tadarus ini tak hanya meningkatkan keimanan, tetapi juga mempererat silaturahmi antar siswa dan guru.
Persiapan SNBT juga menjadi prioritas Wilda. Sekolah menyediakan program latihan soal SNBT secara berkala, meskipun dengan fleksibilitas waktu pengerjaan yang diberikan kepada siswa selama Ramadan. Di luar sekolah, Wilda memanfaatkan sumber belajar online seperti YouTube dan Google untuk mendukung belajar mandiri. Ia telah menyiapkan tiga pilihan kampus untuk jalur mandiri, yaitu Universitas Indonesia (UI), UPN Veteran Jakarta, dan Universitas Islam Negeri (UIN). Keuletan dan kedisiplinan menjadi kunci kesuksesannya dalam meraih cita-cita.
Menariknya, aktivitas di luar sekolah juga menjadi bagian dari keseimbangan hidup Wilda. Ia membantu ibunya berjualan gorengan, memanfaatkan momen berburu takjil untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini menjadi pertimbangannya dalam memutuskan mudik Lebaran atau tidak, terlebih melihat bisnis keluarganya yang sedang ramai di bulan Ramadan. Hal ini menunjukkan bagaimana siswa mampu mengelola waktu dan aktivitas secara optimal, bahkan di tengah kesibukan belajar dan ibadah.
Kisah Raska dan Wilda mencerminkan bagaimana siswa mampu beradaptasi dan menghadapi tantangan akademik selama Ramadan. Penyesuaian jadwal sekolah, program pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan ibadah, dan strategi belajar yang efektif menjadi kunci keberhasilan mereka. Mereka membuktikan bahwa prestasi akademik dan ketaatan beribadah dapat berjalan beriringan dengan baik, asalkan ada perencanaan dan manajemen waktu yang tepat. Kisah mereka menginspirasi siswa lain untuk dapat menyeimbangkan kehidupan akademik dan spiritual dengan bijak.