Dinamika Hubungan Ibu dan Anak Setelah Pernikahan: Belajar dari Kasus Victoria dan Brooklyn Beckham
Hubungan antara ibu dan anak laki-lakinya seringkali mengalami perubahan signifikan setelah sang anak menikah. Sorotan media baru-baru ini tertuju pada dinamika antara Victoria Beckham dan putra sulungnya, Brooklyn Beckham, yang memunculkan pertanyaan tentang tantangan yang dihadapi para ibu dalam proses melepaskan anak mereka untuk membangun keluarga sendiri.
Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Farraas Afiefah Muhdiar, menekankan bahwa adaptasi terhadap peran baru sebagai ibu dari seorang pria yang sudah menikah memerlukan waktu dan pemahaman. Proses 'melepaskan' menjadi kunci, namun seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi banyak ibu. Pergeseran peran ini, di mana perhatian anak laki-laki beralih ke istrinya, dapat memicu berbagai emosi, termasuk perasaan cemburu atau tersisih.
Emosi yang Muncul
- Perasaan Cemburu: Ibu mungkin merasa cemburu ketika perhatian dan kasih sayang anak laki-lakinya lebih difokuskan pada istrinya.
- Perasaan Tersisih: Ibu mungkin merasa tidak lagi menjadi prioritas utama dalam kehidupan anak laki-lakinya.
- Kesulitan Menerima Perubahan: Ibu mungkin kesulitan menerima kenyataan bahwa anak laki-lakinya kini memiliki keluarga sendiri dan membuat keputusan secara mandiri.
- Ekspektasi yang Tidak Terpenuhi: Ibu mungkin memiliki ekspektasi tertentu terhadap anak laki-lakinya yang tidak lagi terpenuhi setelah menikah.
Farraas menjelaskan bahwa kedekatan emosional yang kuat antara ibu dan anak laki-laki dapat memperburuk situasi ini. Ketika anak laki-laki mulai memberikan perhatian lebih kepada istrinya, wajar jika ibu merasa cemburu atau sedih. Namun, penting bagi ibu untuk menyadari bahwa perasaan ini tidak boleh mengendalikan tindakan mereka.
Menemukan Keseimbangan
Meskipun wajar bagi ibu untuk merasakan emosi-emosi tersebut, penting untuk tidak membiarkannya berlarut-larut. Ibu perlu menerima kenyataan bahwa anak laki-lakinya telah dewasa dan memiliki hak untuk membangun keluarga impiannya sendiri. Di sisi lain, anak laki-laki juga memiliki peran penting dalam menjembatani hubungan antara ibu dan istrinya. Komunikasi yang terbuka dan saling pengertian menjadi kunci untuk menciptakan hubungan yang harmonis.
Strategi Menjaga Keharmonisan
- Komunikasi Terbuka: Anak laki-laki harus secara terbuka berkomunikasi dengan ibu dan istrinya, memastikan bahwa keduanya merasa dihargai dan dicintai.
- Menetapkan Batasan yang Sehat: Penting untuk menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan antara ibu, anak laki-laki, dan istrinya. Ini membantu mencegah konflik dan memastikan bahwa semua orang merasa nyaman.
- Menciptakan Tradisi Baru: Keluarga dapat menciptakan tradisi baru yang melibatkan ibu dan istri, membantu membangun hubungan yang positif.
- Menghargai Peran Masing-Masing: Semua pihak harus menghargai peran masing-masing dalam keluarga. Ibu harus menghargai peran istri sebagai pendamping hidup anak laki-lakinya, dan istri harus menghargai peran ibu sebagai orang yang telah membesarkan anak laki-lakinya.
Dengan pemahaman dan upaya bersama, hubungan antara ibu dan anak laki-lakinya setelah menikah dapat tetap harmonis dan penuh kasih sayang. Kasus Victoria dan Brooklyn Beckham menjadi pengingat bahwa adaptasi terhadap perubahan peran adalah proses yang berkelanjutan, dan komunikasi yang terbuka adalah kunci untuk menjaga keharmonisan keluarga.