Eks Lokasi Wisata Populer: Dari Kejayaan Hingga Terbengkalai, Menyisakan Kenangan dan Misteri

Fenomena perubahan fungsi lahan dan nasib tempat wisata menjadi sorotan menarik, terutama bagi mereka yang memiliki kenangan indah di lokasi tersebut. Beberapa destinasi, yang dulunya ramai dikunjungi, kini hanya menjadi puing-puing kenangan, bahkan tak jarang memunculkan aura mistis.

Berikut adalah ulasan mengenai beberapa lokasi wisata yang dulunya populer di berbagai daerah di Indonesia, dilengkapi dengan informasi mengenai sejarah singkat dan kondisi terkini:

  • Kampung Gajah Wonderland (Bandung Barat):

    Beroperasi dari tahun 2009 hingga 2018, Kampung Gajah Wonderland pernah menjadi primadona wisata keluarga di Bandung Barat. Dengan luas lahan mencapai puluhan hektar, tempat ini menawarkan berbagai atraksi menarik, terutama yang berhubungan dengan gajah, serta wahana permainan yang menghibur. Namun, kini Kampung Gajah hanya menyisakan bangunan-bangunan yang tak terawat, dikelilingi oleh semak belukar dan tanaman liar, menciptakan kesan angker yang kuat.

  • Teater Mobil Ancol (Jakarta Utara):

    Pada era 1970-an hingga 1990-an, Indonesia memiliki kebanggaan berupa drive-in cinema pertama di Asia Tenggara, yaitu Teater Mobil Ancol. Pengunjung dapat menikmati film dari kenyamanan mobil masing-masing. Sayangnya, konten film yang didominasi untuk dewasa dan perilaku tidak senonoh pengunjung menjadi penyebab utama penutupan tempat ini. Kini, bekas arena teater mobil telah beralih fungsi menjadi stasiun gondola di kompleks Taman Impian Jaya Ancol.

  • Snowbay Waterpark TMII (Jakarta Timur):

    Snowbay Waterpark TMII, yang beroperasi dari tahun 2009 hingga 2022, menawarkan pengalaman unik bermain air dengan konsep salju, layaknya di negara subtropis. Wahana ini menjadi favorit keluarga untuk menghabiskan waktu bersama. Namun, pandemi COVID-19 memberikan dampak yang signifikan. Setelah terabaikan selama dua tahun, Snowbay Waterpark akhirnya ditutup dan kini menjadi area parkir terpusat serta fasilitas pendukung lainnya bagi pengunjung TMII.

  • Taman Remaja Surabaya (TRS) (Surabaya):

    Taman Remaja Surabaya (TRS) memiliki sejarah panjang sebagai sarana pemulihan trauma bagi warga pasca peristiwa G30S/PKI. Dibuka pada tahun 1971 dan beroperasi hingga 2018, TRS menjadi tempat hiburan yang digemari semua kalangan. Namun, seiring dengan munculnya berbagai alternatif wisata baru, minat masyarakat terhadap TRS menurun. Saat ini, lokasi TRS telah bertransformasi menjadi arena konser dengan kapasitas besar.

  • Taman Festival Bali (Denpasar):

    Taman Festival Bali, yang beroperasi pada akhir tahun 1990-an, sempat menjadi daya tarik wisata yang menjanjikan di Bali. Dengan luas lahan yang mencapai hampir 9 hektar, taman ini menawarkan berbagai wahana megah, termasuk bioskop 3D. Namun, kebakaran dan masalah keuangan memaksa taman ini untuk tutup setelah beroperasi selama dua tahun. Kini, Taman Festival Bali menjadi kompleks terbengkalai yang dikenal angker dan sering dijadikan lokasi pembuatan konten horor.

  • Taman Ria Senayan (Jakarta Pusat):

    Taman Ria Senayan telah menjadi bagian dari sejarah hiburan Jakarta selama empat dekade sebelum akhirnya dibongkar pada tahun 2010. Sempat mengalami modernisasi dan insiden menegangkan dengan roller coaster yang berhenti mendadak, Taman Ria Senayan kehilangan popularitasnya seiring dengan banyaknya pilihan wisata baru. Saat ini, bekas arena Taman Ria Senayan telah berubah menjadi Senayan Park (SPARK), sebuah pusat perbelanjaan dan hiburan dengan konsep gaya hidup modern.

  • Depok Fantasi Waterpark (Aladin Waterpark) (Depok):

    Depok Fantasi Waterpark, yang beroperasi dari tahun 2008 hingga 2020, dianggap sebagai pelopor tempat hiburan air di Depok. Wahana ini selalu ramai dikunjungi, terutama oleh warga Depok dan sekitarnya. Namun, pandemi COVID-19 menghancurkan kejayaan waterpark ini. Setelah ditutup, lokasi ini kini menjadi kompleks perumahan Grand Depok City (GDC).

  • Taman Wonderia Semarang (Semarang):

    Taman Wonderia Semarang, yang beroperasi dari tahun 2004 hingga 2007, sempat menjadi favorit warga Semarang. Dengan luas lahan 9 hektar, taman ini menawarkan berbagai wahana atraksi dan permainan. Namun, kecelakaan di salah satu wahana menyebabkan penutupan taman ini. Kini, lahan bekas Taman Wonderia ditawarkan kepada investor dan sempat direncanakan untuk menjadi hutan kota.

  • Kafe Tenda Semanggi (KTS) (Jakarta):

    Kafe Tenda Semanggi (KTS) pernah menjadi tempat nongkrong bergengsi di Jakarta pada era 1990-an hingga 2000-an. Tempat ini menawarkan berbagai pilihan kuliner dan hiburan, serta sering dikunjungi oleh para selebriti. Namun, seiring dengan munculnya berbagai pilihan hiburan dan kuliner baru, KTS mulai ditinggalkan pengunjung dan akhirnya dibongkar untuk digantikan dengan bar dan resto modern.

  • THR Sriwedari Solo (Solo):

    Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari merupakan destinasi wisata legendaris di Solo selama tiga dekade. Sempat direncanakan untuk dipindahkan, namun rencana tersebut batal karena masalah harga sewa. Kini, lahan bekas THR Sriwedari direncanakan untuk dibangun masjid ikonik, namun pembangunan tersebut terhambat karena sengketa kepemilikan lahan.

  • THR Lokasari (Jakarta Barat):

    THR Lokasari, yang dulunya dikenal sebagai Prinsen Park, bukan hanya tempat hiburan, tetapi juga memiliki nilai sejarah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengambil alih lokasi ini pada tahun 1985 dan menyediakan berbagai pertunjukan seni dan hiburan bagi warga. Namun, tantangan ekonomi membuat THR Lokasari terbengkalai dan akhirnya tutup pada tahun 2017. Kini, bekas taman budaya ini telah berubah menjadi Lokasari Square, sebuah pusat perbelanjaan modern.

  • Hotel Gantung Purwakarta (Purwakarta):

    Hotel Gantung Purwakarta, atau Skylodge Padjadjaran Anyar, pernah digadang-gadang sebagai hotel tertinggi di dunia. Pengunjung dapat menikmati sensasi menginap di kamar yang tergantung di tebing Gunung Parang dengan pemandangan yang menakjubkan. Namun, saat ini, meskipun pengunjung masih dapat mendaki Gunung Parang, sensasi menginap di hotel gantung sudah tidak dapat dinikmati lagi.

Kenangan dan fenomena di tempat-tempat wisata yang dulunya populer ini layak untuk dikenang. Akan lebih baik jika lahan dan jejaknya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas, meskipun beberapa di antaranya kini hanya menyisakan misteri dan aura mistis.