Pengecatan Ulang Pesawat Kepresidenan: Pemerintah Anggap Sebagai Hal Rutin

Pemerintah Indonesia baru-baru ini menanggapi sorotan publik terkait perubahan warna dan corak pada pesawat kepresidenan. Perubahan ini pertama kali terlihat di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 14 April 2025.

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi, menjelaskan bahwa perubahan warna dan corak pada pesawat kepresidenan merupakan bagian dari pemeliharaan rutin. Ia menekankan bahwa tindakan ini lumrah dilakukan untuk menjaga kondisi pesawat dan mengurangi risiko korosi serta oksidasi. Hasan juga meminta masyarakat untuk tidak membesar-besarkan isu ini dan mencari-cari alasan yang tidak perlu.

"Kalau misalnya, biasanya mobil kepresidenan warna hitam, hari ini mobil kepresidenan warna putih ya enggak apa-apa," ujar Hasan, mencoba memberikan perbandingan sederhana.

Secara historis, pesawat kepresidenan mulai beroperasi dengan warna biru pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pesawat tersebut dipesan khusus untuk keperluan operasional presiden. Penerbangan perdana pesawat kepresidenan terjadi pada 5 Mei 2014, saat SBY bertolak ke Denpasar, Bali, untuk menghadiri konferensi regional Open Government Partnership (OGP) Asia-Pasifik. SBY pernah menyampaikan rasa syukurnya atas penghematan anggaran yang dapat dilakukan dengan adanya pesawat kepresidenan.

Pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi), pesawat kepresidenan Boeing 737-800 dikenal dengan julukan "Indonesia One". Pesawat ini memiliki corak dominan merah di bagian moncong yang semakin menipis ke arah ekor. Tulisan "Republik Indonesia" terpampang jelas dengan warna putih di sisi pesawat.

Perubahan terbaru menunjukkan corak yang mirip dengan PK-GRD, dengan dominasi warna putih dan aksen garis merah yang memanjang di bagian atas dan bawah jendela. Tulisan "Republik Indonesia" kini berwarna hitam dengan jenis huruf yang berbeda dari sebelumnya.

Wakil Menteri Sekretaris Negara, Juri Ardiantoro, juga memberikan tanggapan santai terkait ramainya perbincangan di media sosial. Ia menegaskan bahwa perubahan warna pada pesawat adalah hal biasa dan tidak perlu dipermasalahkan secara berlebihan.

"Apanya yang diramaikan sih? Wong cat kok," kata Juri, mencoba meredakan perhatian publik.

Ketika ditanya mengenai alasan khusus di balik perubahan corak, Juri menyatakan bahwa perubahan cat hanyalah perubahan estetika semata.

"Ya alasannya ganti warna saja, biasa. Itu hal yang lumrah," ujarnya.

Mengenai anggaran yang dikeluarkan untuk pengecatan ulang pesawat, Juri mengaku tidak mengetahui rinciannya.

"Wah, aku enggak ngecek anggarannya. Anggaran saya sendiri saja saya enggak tahu," kata Juri sambil bercanda.

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu serius menanggapi perubahan ini, karena perubahan tampilan luar kendaraan dinas negara bukanlah hal yang baru.