Jejak Jokowi di PSI: Dari Penentram Hati Hingga Potensi Nakhoda Baru?
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengakui peran sentral Joko Widodo dalam perjalanan politik mereka. Ade Armando, tokoh PSI, mengungkapkan bagaimana Jokowi menjadi figur penenang di saat partai tersebut merasa 'terusik' oleh dinamika internal PDI-P.
Perseteruan itu bermula ketika PSI secara terbuka mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. Langkah ini rupanya tidak sepenuhnya disambut baik oleh PDI-P, yang saat itu terkesan ragu-ragu. Ade Armando mengenang momen tersebut, "Malah menganggap bahwa PSI itu mengganggu, gitu ya. Sebetulnya yang menenteramkan hati kami waktu itu adalah Pak Jokowi, ya."
Jokowi, di mata PSI, lebih dari sekadar mantan presiden. Ia adalah seorang mentor yang nasihatnya selalu didengar dan dipertimbangkan. Bahkan, beberapa kader PSI secara khusus menemui Jokowi untuk meminta pandangannya terkait dukungan mereka terhadap Ganjar Pranowo. Ade Armando menggambarkan Jokowi sebagai sosok yang sangat berhati-hati dalam bertutur kata, namun juga terbuka dalam menyampaikan pendapatnya tentang Ganjar dan alasan mengapa dukungan terhadapnya tidaklah mudah.
Pengaruh Jokowi yang begitu besar inilah yang kemudian memunculkan wacana pencalonannya sebagai ketua umum PSI dalam kongres mendatang. Bagi banyak kader, Jokowi adalah sosok pemimpin terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Kehadirannya di PSI dianggap sebagai sebuah anugerah yang tak ternilai.
Sejumlah nama lain juga muncul sebagai kandidat potensial ketua umum, termasuk Kaesang Pangarep, Isyana Bagoes Oka, dan Agus Herlambang. Namun, aspirasi dari berbagai daerah menunjukkan bahwa Jokowi tetap menjadi pilihan utama bagi sebagian besar kader PSI.
Berikut adalah nama-nama yang diusulkan menjadi ketua umum PSI:
- Joko Widodo (diusulkan oleh DPW Jogja dan Jakarta)
- Kaesang Pangarep (diusulkan oleh Jabar)
- Agus Herlambang (diusulkan oleh Jabar)
- Isyana Bagoes Oka (diusulkan oleh Bali)
Andy Budiman, Wakil Ketua Umum PSI, mengkonfirmasi munculnya nama-nama tersebut. Hal ini menunjukkan dinamika internal partai yang cukup beragam menjelang kongres. Pertanyaannya kini, apakah Jokowi akan bersedia menerima amanah untuk memimpin PSI? Dan bagaimana peta politik PSI akan berubah jika hal itu terjadi?