Bamsoet Dorong SOKSI Reaktualisasi Peran dan Identitas di Era Dinamis
Jakarta - Dewan Pembina Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Bambang Soesatyo, menyerukan kepada seluruh jajaran SOKSI untuk kembali menghidupkan semangat perjuangan awal organisasi. Seruan ini disampaikan dalam momentum Musyawarah Nasional (Munas) XII dan perayaan HUT ke-65 SOKSI yang berlangsung di Jakarta.
Bamsoet menekankan pentingnya SOKSI dalam memperkuat identitas dan relevansinya di tengah gelombang perubahan zaman yang semakin kompleks. Menurutnya, SOKSI harus mampu merespons perubahan dengan cepat dan berinovasi dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul. Tujuannya adalah agar organisasi ini dapat terus memenuhi aspirasi para anggotanya serta memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan bangsa dan negara.
"Kembali kepada khittah perjuangan adalah langkah strategis untuk memperkokoh identitas dan relevansi organisasi dalam menghadapi dinamika sosial ekonomi yang terus berkembang. Memastikan independensi organisasi dari segala bentuk intervensi eksternal, mengawal komitmen agenda politik Partai Golkar untuk mendukung kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto selama dua periode, serta menjaga stabilitas nasional di bawah kepemimpinan beliau, adalah kunci utama keberhasilan SOKSI," tegas Bamsoet.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia saat ini berada dalam fase krusial perkembangan sosial ekonomi. Perubahan yang terjadi begitu cepat dan kompleks menuntut adanya organisasi yang adaptif dan responsif. SOKSI, lanjutnya, harus berani berinovasi dalam program kerja yang dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan aspirasi anggota serta masyarakat luas. Implementasi program-program pemberdayaan pekerja menjadi salah satu cara untuk memperkuat basis elektoral Golkar dan mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Lebih lanjut, Bamsoet mengajak SOKSI untuk merangkul seluruh sektor masyarakat pekerja dalam mewujudkan aspirasi bersama, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2025 menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,28 juta jiwa. Oleh karena itu, SOKSI diharapkan dapat berperan aktif dalam mengatasi masalah pengangguran ini dengan menawarkan pelatihan dan pengembangan keterampilan yang relevan bagi anggota dan masyarakat.
Bamsoet juga menyoroti tantangan penguatan identitas dan peran SOKSI di era digitalisasi. Dengan meningkatnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, SOKSI perlu memanfaatkan platform digital untuk memperluas jangkauan dan efektivitas program-program pemberdayaan. Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat bahwa pengguna internet di Indonesia mencapai lebih dari 221 juta orang pada tahun 2024. Jumlah ini memberikan peluang besar bagi SOKSI untuk memanfaatkan platform digital dalam menyebarluaskan informasi dan melatih anggotanya.
"Munas yang diselenggarakan ini harus menghasilkan keputusan yang independen. Ketidakberpihakan ini penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang dirumuskan benar-benar mencerminkan tujuan awal didirikannya SOKSI, sehingga mampu merumuskan program yang kuat dan independen untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat," pungkasnya.
SOKSI, yang berdiri sejak 20 Mei 1960, memiliki sejarah panjang dalam dinamika politik dan sosial Indonesia. Lahir dari semangat para prajurit TNI Angkatan Darat melalui tokoh pendiri Suhardiman, SOKSI telah memainkan peran vital dalam pembangunan bangsa.
Pembukaan Munas dan Perayaan HUT ke-65 SOKSI dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Ketua Umum Partai Golkar, Bahlil Lahadalia; Sekjen Partai Golkar, Sarmuji; Bendum Partai Golkar, Sari Yuliati; Ketua Dewan Etik Partai Golkar, Muhammad Hatta; serta Ketua Dewan Kehormatan, Aburizal Bakrie. Hadir pula Ketua Umum SOKSI, Ahmadi Noor Supit; Sekjen SOKSI, Mukhamad Misbakhun; Bendum SOKSI, Robert Kardinal; serta tokoh senior Partai Golkar seperti Agung Laksono, Theo Sambuaga, Utoyo Usman, Thomas Suyatno, dan Bomer Pasaribu.