Disfonia Akibat GERD: Perjuangan Wanita Muda Atasi Batuk Kronis dan Kehilangan Suara

Disfonia Akibat GERD: Perjuangan Wanita Muda Atasi Batuk Kronis dan Kehilangan Suara

Seorang wanita muda di Jawa Tengah, Aisyah Chintya, mengalami penderitaan selama hampir tiga bulan akibat batuk kronis yang disertai sakit tenggorokan dan hilangnya suara. Kondisi ini sangat mengganggu aktivitas sehari-harinya, membuatnya kesulitan berkomunikasi. Setelah berkonsultasi dengan dokter umum dan dirujuk ke spesialis penyakit dalam, terungkaplah diagnosis yang mengejutkan: disfonia, sebuah gangguan suara yang ternyata dipicu oleh refluks asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).

Awalnya, Aisyah sempat didiagnosis menderita tuberkulosis (TBC) oleh dokter umum. Namun, setelah menjalani serangkaian pemeriksaan lebih lanjut, termasuk rontgen dan endoskopi, diagnosis tersebut berhasil disingkirkan. Lebih lanjut, pemeriksaan menyeluruh mengungkap bahwa asal mula masalah suaranya adalah disfonia, suatu kondisi yang menyebabkan suara menjadi serak atau terengah-engah. Dokter menjelaskan bahwa naiknya asam lambung hingga ke kerongkongan menjadi salah satu faktor pemicu utama kondisi tersebut. Selain itu, stres juga diduga menjadi faktor pencetus penyakitnya.

Kondisi Aisyah memburuk hingga membutuhkan tindakan medis lebih lanjut. Ia akhirnya harus menjalani operasi pita suara untuk memperbaiki gangguan yang dialaminya. Beruntung, pasca operasi, kondisi suaranya kini telah pulih. Kisah perjuangan Aisyah ini menjadi pengingat pentingnya deteksi dini dan penanganan tepat terhadap gangguan kesehatan, terutama yang berkaitan dengan suara. Pengalamannya juga menyoroti pentingnya konsultasi dengan tenaga medis yang tepat untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan pengobatan yang efektif.

Disfonia: Lebih dari Sekadar Suara Serak

Disfonia, sebagaimana dijelaskan oleh Cleveland Clinic, adalah kondisi yang ditandai dengan suara serak atau terengah-engah, yang dapat mempengaruhi seberapa keras seseorang berbicara. Meskipun dalam banyak kasus, disfonia bukanlah penyakit serius, kondisi ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya. Berdasarkan data, sekitar sepertiga populasi akan mengalami disfonia setidaknya satu kali dalam hidupnya. Kelompok yang berisiko lebih tinggi meliputi perokok, individu yang menggunakan suara secara intensif dalam profesinya (seperti guru, penyanyi, dan aktor), serta pekerja dengan tuntutan vokal tinggi.

Gejala Disfonia:

Berikut adalah beberapa gejala umum disfonia:

  • Kesulitan berbicara
  • Suara serak atau terengah-engah
  • Berbicara lebih pelan atau lebih lembut dari biasanya

Kapan Harus Segera ke Dokter?

Sebagian besar kasus suara serak disebabkan oleh penggunaan suara yang berlebihan dan akan sembuh dengan sendirinya. Namun, konsultasi medis sangat direkomendasikan jika suara serak berlangsung selama tiga minggu atau lebih, atau disertai gejala lain yang mengkhawatirkan, seperti:

  • Rasa sakit saat berbicara atau menelan
  • Kesulitan bernapas atau menelan
  • Batuk berdarah
  • Benjolan di leher
  • Kehilangan suara total

Penyebab Disfonia:

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan disfonia meliputi:

  • Laringitis: Peradangan pada pita suara, seringkali akibat alergi, infeksi saluran pernapasan atas, atau infeksi sinus.
  • Usia: Penipisan dan pelemahan pita suara seiring bertambahnya usia.
  • GERD (Refluks Asam Kronis): Naiknya asam lambung ke tenggorokan, bahkan hingga ke pita suara (refluks laringofaring).
  • Perdarahan Pita Suara: Pecahnya pembuluh darah pada pita suara.
  • Nodul, Kista, dan Polip Vokal: Pertumbuhan non-kanker pada pita suara.
  • Kanker: Kanker laring, paru-paru, atau tenggorokan.

Penanganan Disfonia:

Penanganan disfonia bervariasi tergantung penyebabnya. Beberapa kasus hanya membutuhkan istirahat suara atau terapi wicara, sementara yang lain mungkin memerlukan pengobatan antibiotik untuk infeksi bakteri atau bahkan operasi untuk mengatasi nodul, kista, atau polip vokal. Perubahan gaya hidup juga dapat berperan penting dalam proses pemulihan.