Investasi Jumbo Dibutuhkan untuk Gairahkan Hilirisasi Migas Nasional

Indonesia membutuhkan investasi besar untuk mewujudkan ambisi hilirisasi migas yang dicanangkan pemerintah. Target peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) nasional memerlukan dukungan finansial yang signifikan, terutama di sektor hulu.

Pemerintah menargetkan produksi minyak mentah sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan produksi gas bumi sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030. Target ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan energi nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui hilirisasi.

Menurut Roberto Lorato, CEO Medco Energy Internasional, untuk mencapai target produksi hulu migas yang dapat mendukung hilirisasi, diperlukan investasi sekitar US$ 140 miliar atau setara dengan Rp 2,2 kuadriliun. Investasi ini diperlukan untuk eksplorasi, pengembangan, dan produksi migas dari berbagai sumber.

"Investasi besar sekitar US$ 140 miliar dan penggunaan teknologi canggih akan dibutuhkan. US$ 140 miliar untuk hulu, untuk memberi makan hilir, tetapi (butuh dana) dua kali lipat. Artinya, hilir seharusnya mengeluarkan dana dua kali lipat lebih besar dari hulu, untuk mendukung tujuan Anda yang ambisius," ujar Lorato pada acara Indonesian Petroleum Association (IPA) Convex 2025.

Lorato menambahkan bahwa pemerintah telah berupaya menciptakan iklim investasi yang kondusif di sektor migas melalui berbagai kebijakan. Kebijakan tersebut meliputi penyederhanaan perizinan, peningkatan kegiatan eksplorasi, dan dukungan untuk penelitian berskala internasional.

Pemerintah juga telah menyiapkan kebijakan fiskal yang lebih fleksibel untuk menarik investasi di sektor hulu migas. Selain itu, pemerintah mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan dan peningkatan kualitas tenaga kerja di sektor migas.

Lorato menjelaskan bahwa hilirisasi migas bukan hanya strategi ekonomi, tetapi juga agenda transformasional nasional. Sektor hilir migas diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia.

  • Diproyeksikan menyumbang US$ 14,7 miliar terhadap PDB negara pada tahun 2040.
  • Menciptakan 70.000 lapangan kerja.
  • Menghasilkan US$ 68,6 miliar nilai ekspor.

"Semua ini akan menjadi kunci untuk mempertahankan daya saing industri di Indonesia. Dengan kata lain, implikasinya adalah perlunya strategi kebijakan yang holistik dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Oleh karena itu, hilirisasi lebih dari sekadar strategi ekonomi," tutupnya.