Kinerja Hormon Ungkap Kecocokan dalam Hubungan Asmara, Ini Kata Dokter!
Tubuh manusia, seringkali lebih jujur daripada kata-kata, ternyata dapat memberikan petunjuk penting mengenai kesehatan sebuah hubungan asmara. Menurut Mike Kocsis, seorang pakar kesehatan hormon dari Balance My Hormones, keseimbangan hormon dalam tubuh dapat mencerminkan dinamika dan kualitas hubungan yang sedang dijalani.
Apabila seseorang kerap merasa lelah tanpa sebab, dilanda kecemasan berlebihan, atau merasakan beratnya hubungan, hal ini bisa jadi merupakan sinyal dari tubuh bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mari kita telaah lebih dalam mengenai bagaimana hormon-hormon tertentu berperan dalam mengungkapkan kondisi hubungan:
-
Kortisol: Hormon stres ini seharusnya berada pada level rendah saat seseorang merasa aman dan nyaman dalam sebuah hubungan. Namun, jika kehadiran pasangan justru memicu perasaan cemas, tidak aman, atau kewaspadaan berlebihan, kadar kortisol dapat melonjak. Tubuh merespons hubungan tersebut sebagai ancaman, sehingga memicu respons stres yang berkelanjutan.
-
Dopamin: Seringkali disalahartikan sebagai indikator cinta sejati, sensasi "deg-degan" yang intens sebenarnya lebih berkaitan dengan dopamin, zat kimia otak yang memicu rasa senang dan semangat. Ketergantungan pada dopamin untuk menjaga gairah dalam hubungan dapat menciptakan siklus adiktif, dengan fluktuasi semangat yang drastis dan berujung pada kelelahan emosional.
-
Serotonin: Hormon ini berperan krusial dalam menjaga keseimbangan emosi, suasana hati, dan kualitas tidur. Hubungan yang sehat akan mendukung stabilitas kadar serotonin. Sebaliknya, hubungan yang penuh konflik, ketidakpastian, atau kekosongan emosional dapat menurunkan kadar serotonin secara signifikan, memicu kesedihan, iritabilitas, dan bahkan gejala depresi.
-
Gairah Seksual: Penurunan minat terhadap aktivitas seksual, terutama bagi pasangan yang sudah menikah, dapat menjadi indikasi adanya ketidakseimbangan hormon akibat tekanan emosional dalam hubungan. Perubahan dalam hasrat seksual seringkali menjadi alarm dari tubuh mengenai adanya masalah yang lebih dalam.
Selain sinyal-sinyal hormonal, ada pula indikator emosional yang perlu diperhatikan. Perasaan menjauh secara emosional dari pasangan, menyimpan kekesalan atau dendam yang tak kunjung hilang, merupakan tanda-tanda bahwa hubungan sedang tidak sehat.
Menurut Jessen James, seorang ahli perilaku manusia, perasaan-perasaan negatif yang terpendam tidak akan hilang dengan sendirinya. Penting untuk menghadapinya dan membicarakannya secara terbuka dengan pasangan.
Apabila pertengkaran yang sama terus berulang tanpa solusi, saatnya mengevaluasi apakah hubungan tersebut masih memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak. Terkadang, melepaskan adalah pilihan terbaik untuk memulihkan keseimbangan tubuh dan hati.