Antisipasi Kelelahan, Jemaah Haji Lansia dan Berisiko Tinggi Diimbau Maksimalkan Ibadah di Hotel

Mendekati puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengeluarkan imbauan penting bagi jemaah lanjut usia (lansia), jemaah dengan kondisi kesehatan berisiko tinggi (risti), serta jemaah berkebutuhan khusus. Mereka dianjurkan untuk memprioritaskan salat dan ibadah lainnya di hotel tempat mereka menginap, sebagai langkah preventif untuk menjaga kesehatan dan stamina.

Imbauan ini didasari oleh pertimbangan matang, mengingat ibadah haji membutuhkan kondisi fisik yang prima. Konsultan Ibadah PPIH Arab Saudi, KH Abdul Moqsith Ghazali, menekankan bahwa kemampuan fisik atau istithaah jasadiah merupakan syarat mutlak dalam menunaikan rukun Islam kelima ini. Berbeda dengan ibadah lain seperti salat dan zakat yang tetap wajib dilaksanakan meski dalam kondisi sakit, haji menuntut kekuatan fisik yang memadai.

Kondisi cuaca ekstrem di Makkah menjadi perhatian utama. Suhu udara yang mencapai 42-43 derajat Celcius dapat dengan mudah menyebabkan kelelahan dan dehidrasi, terutama bagi jemaah yang kurang mampu beradaptasi. Aktivitas di luar ruangan, terutama pada siang hari antara pukul 10.00 hingga 16.00, sangat berisiko menguras energi dan memperburuk kondisi kesehatan jemaah.

Kepala Bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi, M. Imran, menjelaskan bahwa kelelahan dan dehidrasi dapat berdampak signifikan terhadap kesehatan jemaah menjelang Armuzna, yang menuntut kondisi fisik yang optimal. Oleh karena itu, membatasi aktivitas di luar hotel dan memastikan kebutuhan cairan tubuh terpenuhi menjadi kunci untuk menjaga stamina.

Sebagai solusi, PPIH mengimbau jemaah untuk memanfaatkan musala yang tersedia di masing-masing hotel. Keutamaan salat di Makkah, termasuk di hotel, memiliki keistimewaan tersendiri. Menurut sebagian ulama, seluruh tanah haram termasuk Masjidil Haram, sehingga salat di hotel memiliki pahala yang setara dengan salat di Masjidil Haram, yaitu 100.000 kali lipat.

Oleh karena itu, jemaah lansia, risti, dan difabel diimbau untuk memfokuskan diri pada aktivitas ibadah di hotel, seperti salat, zikir, dan bersedekah, hingga tiba waktunya pelaksanaan puncak ibadah haji di Armuzna. Strategi ini diharapkan dapat membantu menjaga kesehatan dan memastikan ibadah haji dapat dilaksanakan secara optimal dan mabrur. Ibadah haji yang istithaah, baik secara finansial (maliyah) maupun fisik (jasadiah), sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an Surah Ali Imran ayat 97, menjadi landasan penting dalam pelaksanaan ibadah yang agung ini.

Firman Allah SWT dalam Surah Ali Imran ayat 97:

وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Artinya: "(Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam."

Dengan menjaga kesehatan dan stamina, jemaah haji dapat memaksimalkan ibadah mereka dan meraih haji yang mabrur.