Transformasi Diri: Kisah Inspiratif Siswa Setelah Mengikuti Pelatihan Bela Negara di Lembang

Transformasi Diri: Kisah Inspiratif Siswa Setelah Mengikuti Pelatihan Bela Negara di Lembang

Setelah menjalani program pendidikan karakter selama dua minggu di Dodik Bela Negara, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, sejumlah siswa berbagi pengalaman transformatif mereka. Pengalaman ini membuka lembaran baru dalam hidup mereka.

Fajril Ramadhan, seorang siswa SMA dari Cikarang Selatan, mengungkapkan bahwa pelatihan ini memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga. Disiplin, ketaatan pada aturan, dan saling menghargai menjadi nilai-nilai yang tertanam kuat tanpa adanya paksaan.

"Ada keinginan buat belajar jadi lebih baik," ungkap Fajril, menggambarkan perubahan motivasi yang dialaminya.

Sebelum mengikuti pelatihan, Fajril mengakui dirinya kecanduan game, sering mengabaikan sekolah, dan kurang menghormati orang tua. Namun, dua minggu di barak militer mengubahnya secara signifikan. Ia mulai menghargai nilai-nilai keluarga dan disiplin. Ia juga menceritakan pengalaman saat ia dan teman-temannya dihukum karena pelanggaran aturan, yaitu membawa rokok ke asrama. Hukuman tersebut berupa diceburkan ke kolam lele.

"Ketika teman-teman ada membawa rokok ketahuan diceburin ke kolam lele sampai basah semua," kenangnya. Meski demikian, Fajril memaknai pengalaman tersebut sebagai pelajaran penting untuk mematuhi aturan. Kini, Fajril bercita-cita menjadi seorang prajurit TNI dan bahkan berhasil meraih predikat siswa terbaik dalam pelatihan baris-berbaris. Ia juga ditunjuk sebagai Komandan Pleton dalam upacara Hari Kebangkitan Nasional.

Rafael Zafriandi Sijabat, siswa asal Cimahi, juga merasakan perubahan positif setelah mengikuti pelatihan. Sebelumnya, Rafael sering bolos sekolah, merokok, dan mengonsumsi minuman keras. Motivasi awalnya mengikuti program ini adalah untuk melatih diri menjadi lebih baik dan mewujudkan cita-cita menjadi tentara.

"Awalnya iseng-iseng dan didukung orangtua juga. Dipikir-pikir lumayan untuk melatih diri agar bisa lebih baik lagi. Dan cita-cita ingin jadi tentara sekalian coba," ujarnya.

Sama seperti Fajril, Rafael juga mengalami hukuman direndam di kolam bersama peletonnya. Namun, ia menegaskan bahwa tidak ada kekerasan fisik selama pelatihan berlangsung. Ia merasakan semangat kebersamaan atau jiwa korsa yang tinggi selama pelatihan.

Baik Rafael maupun Fajril sama-sama membantah adanya kekerasan dalam pelatihan. Mereka memuji para pelatih yang perhatian, memberikan makanan bergizi, dan mengajarkan rutinitas positif seperti bangun pagi, shalat subuh, senam, dan belajar.

"Pertama diajarin bangun pagi, shalat subuh, senam, baris berbaris kemudian ke aula ke barak belajar, tidak ada kekerasan fisik," jelas Fajril.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, terlihat emosional saat acara pemulangan siswa. Ia tak kuasa menahan air mata saat memeluk para siswa yang telah menyelesaikan pendidikan karakter ini. Ia mengungkapkan bahwa perasaannya campur aduk antara haru dan bahagia melihat perubahan positif pada para siswa.

Program pendidikan karakter ini diikuti oleh 273 siswa yang memiliki masalah perilaku. Meskipun sempat mendapat kritik, Dedi Mulyadi yakin bahwa waktu akan membuktikan keberhasilan program ini melalui perubahan nyata pada para peserta.

"Jadi, ini salah satu bukti bahwa semua orang, bukan semua orang ya, banyak orang meragukan apa yang dilakukan oleh Pemprov Jabar, tetapi akhirnya waktu yang menjawab," tegasnya.

Respon positif juga datang dari para orang tua yang merasa bangga dan terharu melihat perubahan sikap anak-anak mereka setelah mengikuti program ini.