Kebijakan Ekspor AS Hambat Ekspansi AI Nvidia di Tiongkok: Jensen Huang Ungkap Kerugian

Kebijakan Ekspor AS Hambat Ekspansi AI Nvidia di Tiongkok: Jensen Huang Ungkap Kerugian

CEO Nvidia, Jensen Huang, baru-baru ini menyampaikan kritik pedas terhadap kebijakan kontrol ekspor Amerika Serikat yang menargetkan Tiongkok. Menurutnya, kebijakan ini justru menjadi bumerang bagi industri kecerdasan buatan (AI) AS, khususnya bagi Nvidia sendiri. Kritik ini dilontarkan Huang di sela-sela pameran teknologi Computex 2025 yang berlangsung di Taipei, Taiwan.

Huang menekankan bahwa Tiongkok memiliki ekosistem AI yang sangat dinamis dan didukung oleh talenta-talenta mumpuni. Ia berpendapat bahwa jika Amerika Serikat ingin mempertahankan kepemimpinannya di bidang AI, maka seharusnya fokus pada memaksimalkan penyebaran teknologi, bukan malah membatasinya.

"Pembatasan ekspor ini mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi Nvidia," ujar Huang. Ia menyoroti dampak langsung dari larangan pengiriman chip H20 ke Tiongkok, yang sebelumnya menjadi satu-satunya produk AI Nvidia yang masih diizinkan beredar di pasar tersebut.

Dampak Pembatasan Ekspor pada Pangsa Pasar Nvidia

Lebih lanjut, Huang mengungkapkan bahwa Nvidia terpaksa menghapus persediaan chip senilai miliaran dolar dari pembukuan akibat pembatasan ini. Nilai kerugian ini setara dengan pendapatan tahunan beberapa perusahaan semikonduktor. Konsekuensi lainnya adalah penurunan drastis pangsa pasar Nvidia di Tiongkok. Sebelumnya, Nvidia menguasai sekitar 95 persen pasar, namun kini hanya menguasai sekitar 50 persen.

Sisa pangsa pasar tersebut kini direbut oleh perusahaan-perusahaan lokal Tiongkok. Huang berharap agar model AI di Tiongkok tetap dibangun dengan memanfaatkan teknologi Nvidia.

Huang juga menyoroti potensi besar industri AI di Tiongkok secara global. Ia mengklaim bahwa lebih dari 50 persen peneliti AI dunia berada di Tiongkok, dan mereka memiliki kompetensi yang tinggi. Sebagai contoh, ia menyebut model AI DeepSeek, yang dikembangkan dengan teknologi Nvidia dan kini bersifat open-source.

Strategi Nvidia Bertahan di Pasar Tiongkok

Nvidia terus berupaya untuk mempertahankan posisinya di pasar Tiongkok meskipun menghadapi tekanan regulasi. Huang mengakui bahwa ekosistem di Tiongkok sangat aktif dan kemampuan perangkat lunaknya tidak kalah dengan negara lain.

Namun, Nvidia menghadapi tantangan besar dalam menyesuaikan chip H20 agar sesuai dengan aturan ekspor terbaru yang diberlakukan oleh pemerintah AS. Huang menyatakan kesulitan untuk menurunkan performa chip H20 lebih jauh.

Sebelumnya, pemerintahan Biden menerapkan aturan AI Diffusion Rule yang membatasi ekspor chip AI ke sejumlah negara di Timur Tengah. Namun, pada 13 Mei lalu, pemerintahan Trump secara resmi mencabut aturan tersebut.

Panggilan untuk Pendekatan Global dalam Pengembangan AI

Huang menegaskan bahwa jika AS ingin tetap memimpin di bidang teknologi AI, maka harus mendorong penyebaran teknologinya. Ia berpendapat bahwa pengembangan AI kini menjadi isu global dan tidak lagi bergantung pada satu negara.

Departemen Perdagangan AS menyatakan bahwa pembatasan sebelumnya dikhawatirkan dapat merusak hubungan diplomatik karena menurunkan status perdagangan beberapa negara ke level dua. Pemerintah AS berencana untuk mengumumkan regulasi pengganti dalam waktu dekat.

Pengaruh pada Saham Nvidia dan Prospek Bisnis

Harga saham Nvidia (NASDAQ: NVDA) mengalami penurunan sebesar 0,88 persen pada penutupan perdagangan di Wall Street, Selasa (20/5/2025), berada di level 134,38 dollar AS per lembar. Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap pembatasan ekspor chip AI ke Tiongkok.

Jensen Huang memperkirakan bahwa larangan tersebut berpotensi menghilangkan pendapatan hingga 15 miliar dollar AS, angka yang lebih tinggi dari estimasi awal sebesar 10 miliar dollar AS. Ia mengakui bahwa larangan ini berdampak signifikan pada pasar utama Nvidia di Asia, khususnya Tiongkok.

Meski menghadapi tekanan, prospek bisnis Nvidia dinilai tetap positif. Permintaan global terhadap chip AI terus meningkat, terutama dari perusahaan seperti xAI dan Tesla yang berencana membeli GPU dalam jumlah besar untuk proyek robotaxi dan robot humanoid. Selain itu, Nvidia juga membuka ekosistem platform AI-nya bagi produsen chip lain seperti Qualcomm, sebagai bagian dari strategi ekspansi untuk memperluas jangkauan bisnisnya.