Spekulasi Pasar Menguat: Bank Indonesia Berpotensi Pangkas Suku Bunga Acuan
Bank Indonesia (BI) hari ini akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), sebuah momen yang dinantikan pasar finansial untuk mengetahui arah kebijakan moneter Indonesia. Sorotan utama tertuju pada suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang saat ini berada di level 5,75 persen. Muncul spekulasi kuat bahwa BI akan mengambil langkah pelonggaran dengan memangkas suku bunga, meskipun ada juga yang memperkirakan BI akan mempertahankan posisi wait and see.
Analis dari berbagai lembaga keuangan mengemukakan sejumlah faktor yang mendukung potensi penurunan suku bunga. Stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menjadi salah satu pertimbangan utama. Rupiah yang cenderung stabil di kisaran Rp 16.435 per dolar AS memberikan fleksibilitas bagi BI untuk melakukan penyesuaian kebijakan moneter secara terukur. Kondisi ini mengingatkan pada September 2024 ketika BI menurunkan suku bunga acuan di tengah stabilitas nilai tukar rupiah.
Selain itu, penurunan peringkat utang Amerika Serikat oleh Moody's diyakini dapat memicu pergeseran aset dari dolar AS ke mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Sentimen ini berpotensi memperkuat posisi rupiah dan memberikan ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Faktor eksternal lain yang turut diperhatikan adalah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed). Meskipun inflasi di AS telah menunjukkan penurunan, The Fed belum juga menurunkan suku bunganya. Kondisi ini menyebabkan real interest rate di AS tetap tinggi, yang pada gilirannya membuka peluang bagi BI untuk mengambil langkah pelonggaran kebijakan moneter lebih cepat, bahkan mungkin dimulai pada Juni atau Juli 2025.
Keputusan suku bunga oleh bank sentral China (PBOC) juga menjadi perhatian. Pemangkasan Loan Prime Rate oleh PBOC sebagai bagian dari upaya stimulus pertumbuhan ekonomi dapat memperkuat argumen bahwa Indonesia juga memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga. Kebijakan pelonggaran moneter di tingkat regional dapat memberikan dorongan tambahan bagi BI untuk mengambil langkah serupa.
Secara keseluruhan, pasar menantikan sinyal dovish dari BI yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi domestik tanpa mengganggu stabilitas eksternal. Sebagian analis memprediksi BI akan memangkas BI7DRR menjadi 5,50 persen dalam RDG kali ini, memanfaatkan momentum yang ada setelah melakukan aksi preemptive sebelumnya. Probabilitas pemangkasan suku bunga akan semakin meningkat jika rupiah terus stabil dan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed semakin menguat dalam beberapa hari mendatang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Suku Bunga BI:
- Stabilitas Rupiah: Nilai tukar rupiah yang stabil memberikan ruang bagi BI untuk melakukan pelonggaran kebijakan.
- Penurunan Peringkat Utang AS: Potensi pergeseran aset dari dolar AS ke mata uang negara berkembang.
- Kebijakan The Fed: Real interest rate AS yang tinggi membuka peluang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan.
- Kebijakan PBOC: Pemangkasan suku bunga oleh bank sentral China.
- Pertumbuhan Ekonomi Domestik: Pertimbangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa mengganggu stabilitas eksternal.
Keputusan BI dalam RDG hari ini akan memberikan arah yang jelas bagi pasar finansial dan perekonomian Indonesia ke depan.