Fenomena Perubahan Identitas Gender di Karawang: Kisah Remaja yang Mengalami Transformasi Fisik

Kabar mengenai seorang remaja di Karawang yang mengalami perubahan fisik, dari perempuan menjadi laki-laki, telah menjadi sorotan publik. Kisah ini bermula ketika RA, seorang siswi Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP) berusia 16 tahun, mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan yang signifikan.

Tim investigasi dari berbagai media mencoba menelusuri kebenaran informasi ini dengan mengunjungi kediaman RA di Desa Dayeuhluhur, Kecamatan Tempuran, Karawang. Mereka bertemu dengan Sarta, kakek RA, yang memberikan keterangan terkait kondisi cucunya. Saat ini, RA tengah menjalani pemeriksaan medis di RSUD Karawang dan telah berganti nama menjadi AP.

Menurut Sarta, perubahan pada cucunya tidak terjadi secara tiba-tiba. Sejak lahir, alat kelamin RA memang menunjukkan indikasi ambigu, namun lebih condong ke perempuan. Bidan yang membantu kelahiran RA pun mengonfirmasi hal tersebut. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, tanda-tanda maskulin pada diri RA semakin terlihat jelas.

Berikut adalah kronologi perubahan fisik yang dialami AP:

  • Masa Kanak-kanak: Alat kelamin menunjukkan indikasi ambigu, namun lebih condong ke perempuan.
  • Masa PAUD: Tanda-tanda maskulin mulai terlihat.
  • Keluhan Sakit: RA sering mengeluh sakit dan dibawa ke puskesmas.
  • Diagnosis Puskesmas: Pihak puskesmas menduga RA adalah laki-laki dan merujuknya ke RS Intan Barokah.
  • Rujukan RS Intan Barokah: RA dirujuk ke RSUD Karawang untuk pemeriksaan lebih lanjut.
  • Penerimaan Identitas: Sejak dinyatakan sebagai laki-laki, RA menerima identitas barunya dan mengganti penampilannya.

Sarta menambahkan bahwa secara fisik, AP memang memiliki ciri-ciri laki-laki, seperti jakun, dada bidang, dan suara yang lebih berat. Bahkan, AP memiliki kekuatan fisik yang luar biasa. Ia mampu memanggul gabah seberat 50 kilogram dan membantu menjadi buruh saat musim panen tiba.

Kakek AP berharap agar cucunya segera mendapatkan penanganan medis yang komprehensif, termasuk operasi pada alat vitalnya. Ia mengungkapkan bahwa AP telah beberapa kali menjalani pemeriksaan di RSUD Karawang.

AP sendiri tinggal bersama kakek dan neneknya sejak bayi, karena kedua orang tuanya bercerai saat ia berusia dua bulan. Mereka hidup sederhana di sebuah rumah bilik bambu dan gipsum yang kondisinya memprihatinkan. Sebagian dinding rumah telah jebol, sehingga air hujan sering masuk ke dalam rumah.

Kisah AP ini menjadi perhatian publik dan menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai identitas gender, kondisi medis, dan dukungan sosial bagi individu yang mengalami perubahan fisik atau identitas gender.