Di Tengah Krisis, Toyota Dikabarkan Ulurkan Tangan ke Nissan
Kabar mengejutkan datang dari industri otomotif Jepang. Setelah upaya merger antara Nissan dan Honda menemui jalan buntu, raksasa otomotif Toyota dikabarkan menawarkan bantuan kepada Nissan yang tengah berjuang menghadapi kesulitan finansial. Menurut laporan dari surat kabar Jepang, Mainichi Shimbun, melalui Automotive News, para eksekutif Toyota telah melakukan pembicaraan dengan Nissan mengenai potensi kemitraan.
Inisiatif ini muncul setelah negosiasi intensif antara Nissan dan Honda gagal mencapai kesepakatan pada Februari lalu. Sumber anonim dari Toyota mengungkapkan bahwa seorang eksekutif perusahaan menghubungi Nissan untuk menjajaki kemungkinan dukungan. Namun, hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh kedua belah pihak. Perwakilan dari Toyota dan Nissan memilih untuk tidak memberikan komentar terkait isu ini.
Toyota sendiri dikenal memiliki investasi saham di berbagai merek otomotif Jepang lainnya, termasuk:
- 20 persen saham di Subaru
- 5,1 persen saham di Mazda
- 4,9 persen saham di Suzuki
- 5,9 persen saham di Isuzu
Setelah gagal mencapai kesepakatan dengan Honda, Nissan mengambil langkah strategis dengan menunjuk Ivan Espinosa sebagai CEO baru. Perusahaan juga menyusun rencana restrukturisasi yang agresif, meliputi pemangkasan biaya melalui pengurangan tenaga kerja, penutupan pabrik, dan penghentian proyek penelitian dan pengembangan jangka panjang. Langkah-langkah ini diambil sebagai respons terhadap kondisi keuangan perusahaan yang kurang stabil.
Nissan Motor Co., Ltd. baru-baru ini melaporkan proyeksi keuangan untuk tahun fiskal 2024. Perusahaan memperkirakan kerugian bersih antara 700 hingga 750 miliar yen (sekitar Rp 82 hingga 88,2 triliun) selama periode tersebut. Nissan menjelaskan bahwa kerugian ini disebabkan oleh perubahan lanskap persaingan, penurunan penjualan, dan biaya restrukturisasi perusahaan. Angka ini menandai kerugian terbesar dalam sejarah Nissan, sebuah indikasi jelas tentang tantangan berat yang dihadapi perusahaan. Apakah uluran tangan dari Toyota akan menjadi solusi bagi Nissan, ataukah ini hanya awal dari babak baru dalam persaingan otomotif global, masih menjadi pertanyaan besar yang belum terjawab.