Studi Ungkap Kelelahan Ekstrem sebagai Dampak Jangka Panjang Stroke Ringan

Serangan iskemik transien (TIA), atau yang lebih dikenal sebagai stroke ringan, seringkali dianggap sebagai gangguan sementara. Namun, sebuah studi terbaru dari Rumah Sakit Universitas Aalborg di Denmark mengungkap bahwa dampaknya bisa lebih panjang dari yang diperkirakan, terutama dalam bentuk kelelahan ekstrem yang berkepanjangan.

Studi yang melibatkan 354 peserta dengan usia rata-rata 70 tahun ini meneliti tingkat kelelahan mereka selama 12 bulan setelah mengalami TIA. Para peserta diminta melaporkan tingkat kelelahan mereka dalam lima kategori utama: kelelahan secara umum, kelelahan fisik, penurunan aktivitas, penurunan motivasi, dan kelelahan mental. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kelelahan yang signifikan tetap ada bahkan setahun setelah serangan stroke ringan.

Berikut adalah beberapa poin penting dari studi tersebut:

  • Tingkat Kelelahan Awal Tinggi: Dua minggu setelah stroke ringan, rata-rata skor kelelahan peserta mencapai 12,3 (dari skala 4 hingga 20, dengan 20 sebagai tingkat kelelahan tertinggi).
  • Kelelahan Berlanjut: Meskipun terjadi sedikit penurunan seiring waktu, tingkat kelelahan tetap tinggi. Pada bulan ketiga, keenam, dan kedua belas, rata-rata skor kelelahan adalah 11,9, 11,4, dan 11,1.
  • Prevalensi Kelelahan: Dua minggu setelah serangan, 61% peserta melaporkan tingkat kelelahan yang tinggi. Angka ini sedikit menurun menjadi 54% pada bulan ketiga, keenam, dan kedua belas, namun tetap menunjukkan prevalensi kelelahan yang signifikan.
  • Korelasi dengan Gangguan Mental: Studi ini juga menemukan bahwa individu yang melaporkan kelelahan berkepanjangan memiliki kemungkinan dua kali lipat mengalami kecemasan dan/atau depresi.

Birgitte Hede Ebbesen, seorang fisioterapis di Rumah Sakit Universitas Aalborg dan penulis utama studi ini, menekankan pentingnya pemantauan kelelahan pada pasien yang telah didiagnosis dengan TIA. Modrau menyarankan agar pemantauan dilakukan secara berkelanjutan pada minggu-minggu dan bulan-bulan setelah serangan.

Bradley Serwer, seorang dokter kardiologi intervensi, menjelaskan beberapa faktor yang mungkin berkontribusi pada kelelahan berkepanjangan setelah stroke ringan, antara lain:

  • Proses Penyembuhan Otak: Otak yang sedang dalam proses penyembuhan setelah stroke memerlukan energi ekstra, menyebabkan kelelahan.
  • Peningkatan Peradangan: Respons imun setelah TIA dapat memicu peradangan yang berkontribusi pada kelelahan.
  • Perubahan Neurotransmitter: Penurunan kadar neurotransmitter seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin dapat memicu depresi, kelelahan, dan kurangnya motivasi.
  • Gangguan Tidur: Masalah tidur sering terjadi setelah stroke dan dapat memperburuk kelelahan.
  • Efek Samping Obat: Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati stroke dapat memiliki efek samping berupa kelelahan.
  • Faktor Lain: Tugas-tugas sederhana mungkin memerlukan lebih banyak energi, dan depresi atau kecemasan pasca-stroke juga dapat memperparah kelelahan.

Studi ini menggarisbawahi bahwa kelelahan ekstrem adalah efek samping yang signifikan dan seringkali terabaikan dari stroke ringan. Pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang berkontribusi pada kelelahan ini dapat membantu dalam pengembangan strategi penanganan yang lebih efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien pasca-TIA.