Pertamina Klarifikasi Isu Impor Minyak Mentah Rusia ke Karimun

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memberikan klarifikasi terkait isu yang beredar mengenai impor minyak mentah asal Rusia ke wilayah Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Direktur Utama KPI, Taufik Adityawarman, dengan tegas membantah kabar tersebut.

"Belum ada impor dari Rusia ke Karimun," ujar Taufik di sela acara IPA Convention & Exhibition di Tangerang, Banten, seperti yang dilaporkan oleh Antara.

Pernyataan ini dikeluarkan sebagai respons terhadap informasi yang menyebutkan bahwa Karimun telah menjadi pusat ekspor minyak mentah Rusia untuk berbagai negara. Taufik memastikan bahwa hingga saat ini belum ada pengiriman crude oil dari Rusia ke wilayah tersebut.

Meski demikian, Taufik mengakui bahwa Pertamina memang membuka peluang impor crude Rusia sejak Mei 2024. Namun, pembelian tersebut dilakukan melalui mekanisme tender yang terbuka dan transparan, bukan melalui pembelian langsung.

"Siapa pun yang memiliki crude Rusia yang sesuai dengan spesifikasi kilang kami dan terdaftar, dipersilakan untuk mengikuti tender," jelasnya.

Lebih lanjut, Taufik menekankan bahwa seluruh proses impor minyak mentah dilakukan dengan mengikuti regulasi yang ditetapkan oleh Office of Foreign Assets Control (OFAC), sebuah lembaga di bawah Departemen Keuangan Amerika Serikat yang memiliki wewenang dalam mengatur sanksi perdagangan.

"Kami harus patuh terhadap sanksi tersebut," tegasnya.

Ia juga menambahkan bahwa minyak mentah asal Rusia yang dibeli oleh Pertamina langsung diproses di kilang tanpa melalui penyimpanan di tangki.

Di sisi lain, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya impor fuel oils dari Rusia melalui Pelabuhan Tanjung Balai Karimun. Pada Oktober 2024, nilai impor fuel oils mencapai 43,63 juta dolar AS, dan mengalami peningkatan signifikan pada Maret 2025 menjadi 201,89 juta dolar AS. Sebelumnya, pada Februari 2025, nilai impor tercatat sebesar 14,43 juta dolar AS.

Perlu diperhatikan bahwa fuel oils berbeda dengan crude oils. Fuel oils merupakan produk hasil penyulingan minyak mentah yang umumnya digunakan untuk keperluan pembangkit listrik, bahan bakar kapal, atau kebutuhan industri.

Sebelumnya, Reuters melaporkan adanya peningkatan aktivitas penerimaan produk minyak asal Rusia di terminal minyak Karimun, yang terletak di zona perdagangan bebas. Terminal ini disebut-sebut menjadi pusat transit utama, di mana pedagang menyimpan kargo dan mengubah merek negara asal sebelum diekspor kembali.

Informasi ini didasarkan pada analisis data pelacakan kapal dan keterangan dari delapan sumber industri. Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022, terjadi pergeseran tujuan ekspor minyak Rusia dari Eropa ke Asia. Sanksi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat menyebabkan banyak pembeli kesulitan mengimpor langsung dari Rusia.

Namun, arus pengiriman minyak Rusia tetap berjalan melalui sistem yang melibatkan pedagang, operator kapal, dan titik transit seperti Singapura, Selat Malaka, dan Fujairah di Uni Emirat Arab, termasuk terminal Karimun.

Data dari lembaga pelacak kapal Kpler menunjukkan bahwa terminal Karimun secara rutin menerima produk minyak Rusia setiap bulan sejak Oktober 2024. Sebelumnya, kedatangan kargo asal Rusia hanya terjadi sesekali.

Lokasi terminal yang strategis, sekitar 37 kilometer di barat daya Singapura, menjadikannya ideal untuk ekspor ulang ke negara-negara di Asia seperti Malaysia, Singapura, dan Tiongkok.

Pada tahun 2025, lebih dari 500.000 metrik ton atau sekitar 3,2 juta barel bahan bakar minyak dari terminal Ust Luga di Rusia telah tiba di Karimun. Jumlah ini lima kali lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menurut data Kpler.

Untuk jenis solar, tercatat 217.000 ton atau sekitar 1,6 juta barel telah masuk Karimun tahun ini. Tahun lalu, tidak ada pengiriman solar asal Rusia ke sana. Impor naphtha dari Rusia juga naik tipis menjadi lebih dari 50.000 ton atau sekitar 450.000 barel.

Pada Maret saja, Karimun mengekspor 590.000 ton produk minyak. Volume ini membantu menjaga pasokan produk olahan di Asia, terutama bahan bakar minyak dengan kadar sulfur tinggi yang biasanya dijual dengan harga diskon dibandingkan harga pasar Singapura.

Menurut sumber yang mengetahui transaksi ini, diskusi soal aktivitas minyak Rusia di Karimun masih tergolong sensitif. "Kargo-kargo ini sering dicampur dulu sebelum diekspor ulang," kata tiga sumber yang tak ingin disebut namanya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia mengaku tidak memiliki informasi soal aktivitas di Karimun karena terminal tersebut berada di zona perdagangan bebas, yang berada di luar kewenangannya.

Pejabat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yang membawahi kawasan ekonomi khusus dan dewan zona perdagangan bebas, juga tidak merespons permintaan konfirmasi.

Novus Middle East DMCC, perusahaan yang berbasis di Dubai dan membeli PT Oil Terminal Karimun dari Oiltanking asal Jerman pada kuartal kedua 2024, belum memberikan tanggapan. Begitu pula PT Oil Terminal Karimun, pengelola fasilitas berkapasitas 720.000 meter kubik itu.

Data Kpler menunjukkan bahwa sejak Oktober, pangsa impor minyak Rusia di terminal Karimun melonjak tajam. Jika sebelumnya hanya berkisar nol hingga 26 persen per bulan sepanjang paruh pertama 2024, kini angkanya menembus lebih dari 60 persen dan bahkan mencapai 100 persen pada April 2025.

Pada Maret dan April, setidaknya tiga kargo tiba di Karimun dengan kapal tanker yang masih disetujui Uni Eropa atau Inggris, menurut data Kpler. Kargo-kargo ini biasanya diperdagangkan melalui perantara, sering kali perusahaan dagang yang tidak dikenal dan kerap berganti nama, sebelum akhirnya dikirim ke tujuan akhir.