Ancaman Eksistensial: Peringatan Hawking tentang Masa Depan Kemanusiaan

Ancaman Eksistensial: Peringatan Hawking tentang Masa Depan Kemanusiaan

Stephen Hawking, ikon fisika teoretis yang namanya melekat pada pemahaman kita tentang alam semesta, meninggalkan warisan yang melampaui rumus-rumus kompleks. Di samping kontribusi revolusionernya pada sains, Hawking juga dikenal karena pandangannya yang tajam dan seringkali suram tentang masa depan umat manusia. Peringatan-peringatannya, yang disampaikan sepanjang dekade terakhir hidupnya, bukan sekadar spekulasi, melainkan panggilan mendesak untuk merenungkan kerapuhan eksistensi kita dan perlunya tindakan proaktif.

Hawking berulang kali menekankan urgensi pencarian 'rumah baru' di luar angkasa. Dalam sebuah wawancara dengan BBC pada 2016, ia memperkirakan bahwa, meskipun probabilitas bencana di Bumi dalam satu tahun relatif rendah, angka tersebut akan terus meningkat seiring waktu, hingga mencapai kepastian hampir mutlak dalam rentang waktu 1.000 hingga 10.000 tahun mendatang. Namun, prediksinya menjadi lebih mendesak setahun kemudian. Dalam dokumenter BBC 2017, Stephen Hawking: Expedition New Earth, ia mempersempit tenggat waktu tersebut menjadi hanya 100 tahun. Ancaman yang dia soroti meliputi perubahan iklim yang semakin parah, potensi hantaman asteroid, pandemi global, dan ledakan populasi—semua faktor yang, menurutnya, menjadikan Bumi semakin tidak layak huni. Kolonisasi planet lain, ia tegas menyatakan, adalah satu-satunya jaminan kelangsungan hidup spesies manusia.

Puncak dari peringatan Hawking muncul pada November 2017, di Tencent WE Summit di Beijing. Di sana, ia menggambarkan skenario terburuk: Bumi yang berubah menjadi 'bola api yang mendesis' pada tahun 2600. Ia bahkan menyarankan Alpha Centauri, sistem bintang terdekat, sebagai tujuan penyelamatan darurat. Skenario ini, jauh lebih dramatis daripada prediksi sebelumnya, memicu gelombang pemberitaan yang sempat salah diinterpretasikan sebagai konfirmasi dari NASA. Namun, pernyataan resmi dari NASA menegaskan bahwa badan antariksa tersebut tidak pernah mengesahkan prediksi Hawking terkait tahun 2600, meskipun mengakui adanya dukungan observasi terhadap beberapa isu yang diangkat Hawking, seperti perubahan iklim.

Kekhawatiran Hawking melampaui ancaman fisik terhadap Bumi. Pada 2014, ia memperingatkan tentang bahaya kecerdasan buatan (AI) yang tidak terkendali, yang menurutnya berpotensi menjadi 'akhir umat manusia'. Ia juga menyinggung ancaman invasi alien, menggambarkannya sebagai analogi terhadap kedatangan Columbus di Amerika—suatu peristiwa yang berdampak buruk bagi penduduk asli. Walaupun prediksi-prediksinya cenderung menimbulkan rasa takut, pandangan Hawking lebih bernuansa daripada sekadar kehancuran. Di balik skeptisismenya terdapat harapan akan kemampuan manusia untuk bertahan hidup melalui inovasi dan eksplorasi antariksa.

Kesimpulannya, peringatan Hawking bukanlah ramalan yang harus diterima begitu saja, melainkan ajakan untuk merenungkan tanggung jawab kita terhadap planet ini dan masa depan spesies kita. Prediksi-prediksinya, terlepas dari validitas ilmiahnya yang masih diperdebatkan, tetap berfungsi sebagai pengingat penting tentang kerapuhan eksistensi kita di alam semesta yang luas dan kompleks. Tantangan yang diajukan Hawking tetap relevan dan mendesak, mendorong kita untuk bertindak sebelum terlambat.