Laporan BPOM: Belasan Kasus Keracunan Terkait Program Makan Bergizi Gratis Terdeteksi di Sepuluh Provinsi
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) baru-baru ini menyampaikan laporan terkait pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tengah berjalan. Dalam laporan tersebut, BPOM mengungkapkan adanya temuan kasus keracunan yang terjadi di sepuluh provinsi di Indonesia. Hingga tanggal 20 Mei 2025, tercatat 17 kasus keracunan yang diduga kuat terkait dengan program MBG ini, serta 8 kasus yang dikategorikan sebagai non-keracunan.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menjelaskan dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI bahwa perbedaan antara kasus keracunan dan non-keracunan didasarkan pada hasil investigasi mendalam yang dilakukan setelah kejadian. Investigasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab pasti dari keluhan yang muncul setelah konsumsi makanan dari program MBG.
Penyebab Keracunan
Dari 17 kasus keracunan yang teridentifikasi, BPOM menemukan beberapa faktor utama yang menjadi penyebabnya, diantaranya:
- Kontaminasi Awal Bahan Pangan: Kontaminasi dapat terjadi pada bahan mentah, air yang digunakan untuk mencuci bahan makanan, atau bahkan lingkungan pengolahan makanan itu sendiri. Selain itu, kebersihan penjamah makanan juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan.
- Pertumbuhan Bakteri: Pertumbuhan bakteri dapat terjadi jika suhu dan waktu penyimpanan makanan tidak dikendalikan dengan baik. Contohnya, susu yang disimpan pada suhu yang tidak sesuai standar dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
- Pengendalian Keamanan Pangan yang Kurang Optimal: Hal ini berkaitan erat dengan aspek higienitas dan sanitasi dalam proses pengolahan dan penyajian makanan. Jika proses ini tidak dilakukan dengan benar, risiko terjadinya keracunan akan meningkat.
Upaya Pencegahan
Menanggapi temuan ini, BPOM berencana untuk memasukkan informasi terkait penyebab keracunan ke dalam materi pelatihan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para pelaksana program MBG dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencegah terjadinya keracunan sejak awal. Dengan SPPG yang siap, diharapkan risiko keracunan dapat diminimalkan dan program MBG dapat berjalan dengan aman dan efektif.