Bank Indonesia Pangkas Suku Bunga Acuan: Upaya Mendukung Pertumbuhan Ekonomi dan Menjaga Stabilitas
Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis dengan menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,50 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung Mei 2025. Keputusan ini didasari oleh beberapa pertimbangan utama yang menjadi fokus bank sentral dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Inflasi Terkendali Sebagai Ruang Manuver
Salah satu faktor kunci yang memungkinkan BI untuk melonggarkan kebijakan moneternya adalah tingkat inflasi yang relatif rendah dan terkendali. Data menunjukkan bahwa inflasi pada April 2025 berada di angka 1,95 persen, masih dalam target yang ditetapkan BI, yaitu antara 1,5 hingga 3,5 persen. Secara rinci, inflasi inti tercatat sebesar 2,50 persen, inflasi kelompok volatile food sebesar 0,64 persen, dan inflasi administered prices sebesar 1,25 persen. Dengan inflasi yang terjaga, BI memiliki fleksibilitas lebih besar untuk melakukan penyesuaian suku bunga tanpa mengkhawatirkan lonjakan harga yang signifikan.
Stabilitas Rupiah Tetap Menjadi Prioritas
Pertimbangan penting lainnya adalah stabilitas nilai tukar rupiah. Meskipun penurunan suku bunga berpotensi memberikan tekanan terhadap nilai tukar, BI melihat bahwa sentimen pasar terhadap rupiah telah membaik dalam beberapa waktu terakhir. Rupiah menunjukkan penguatan yang cukup signifikan, bahkan sempat menembus level di bawah Rp 16.500 per dolar AS. Data BI menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Mei 2025 (hingga 20 Mei 2025) menguat sebesar 1,13 persen point to point dibandingkan dengan posisi akhir April 2025. Rupiah juga cenderung lebih kuat dibandingkan mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia dan mata uang negara maju di luar dolar AS. BI menegaskan komitmennya untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui berbagai instrumen kebijakan yang tersedia.
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Melambat
Faktor ketiga yang mendasari keputusan penurunan suku bunga adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi. Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 terkontraksi menjadi 4,87 persen, turun 0,98 persen dibandingkan dengan kuartal I 2024 yang mencapai 5,11 persen. Penurunan suku bunga diharapkan dapat memberikan stimulus bagi perekonomian dengan mendorong investasi dan konsumsi. Dengan biaya pinjaman yang lebih rendah, pelaku usaha diharapkan lebih termotivasi untuk melakukan ekspansi dan menciptakan lapangan kerja baru. Konsumen juga diharapkan lebih berani untuk melakukan pembelian barang dan jasa, yang pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Keputusan BI untuk menurunkan suku bunga acuan merupakan langkah yang hati-hati dan terukur, mempertimbangkan berbagai faktor yang saling terkait. Bank sentral berupaya untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia dalam jangka menengah dan panjang.