Dedi Mulyadi Pilih Jadi 'Gubernur Konten' yang Berbagi Rezeki ke Rakyat

Mantan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menanggapi kritik yang dialamatkan kepadanya terkait gaya kepemimpinannya. Ia menegaskan lebih memilih dikenal sebagai "gubernur konten" yang menghasilkan uang dan membagikannya kepada masyarakat, daripada menjadi pemimpin yang hanya duduk di belakang meja tanpa aksi nyata.

Dalam pidatonya saat peringatan Hari Kebangkitan Nasional di Lapangan Gasibu, Bandung, Dedi Mulyadi menyatakan bahwa dirinya tidak gentar menghadapi nyinyiran dan kritik. Ia meyakini bahwa pembangunan di Jawa Barat akan terus berjalan dan meningkat, terlepas dari berbagai komentar negatif yang muncul.

"Biarkan yang nyinyir karena Jawa Barat akan terus mengalami peningkatan pembangunannya. Ini baru tiga bulan, 100 hari masa kerja tanggal 30 Mei, belum 100 hari saja sudah banyak yang kepanasan, apalagi lima tahun," ujar Dedi Mulyadi.

Lebih lanjut, Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa dana yang ia gunakan untuk membantu masyarakat bukan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Melainkan dari hasil monetisasi konten yang ia unggah di platform media sosial seperti YouTube. Ia merasa bangga dapat memanfaatkan platform digital untuk menghasilkan pendapatan yang kemudian dapat disalurkan langsung kepada mereka yang membutuhkan.

"Pak Dedi duitnya dari mana? Ngonten. Lebih baik jadi gubernur konten punya duit diberikan kepada rakyat daripada gubernur molor," tuturnya.

Dedi Mulyadi pun dengan tegas menolak untuk menjadi pemimpin yang hanya mementingkan protokoler, gemar bepergian ke luar negeri dengan biaya besar, atau bahkan tidak peduli dengan permasalahan yang dihadapi rakyat. Ia lebih memilih untuk terjun langsung ke lapangan, mendengarkan keluh kesah masyarakat, dan mencari solusi konkret untuk setiap permasalahan yang ada.

Dedi Mulyadi, yang dikenal dengan gaya kepemimpinan yang dekat dengan rakyat, kerap kali melakukan blusukan ke berbagai pelosok Jawa Barat. Ia berinteraksi langsung dengan masyarakat, memberikan bantuan, dan mencari solusi atas berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Gaya kepemimpinan inilah yang kemudian memunculkan label "gubernur konten" bagi dirinya. Ia tidak mempermasalahkan label tersebut, justru merasa bangga karena dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat melalui konten-konten yang ia buat.

Dedi Mulyadi menekankan bahwa seorang pemimpin harus memiliki komitmen yang kuat untuk melayani rakyat. Ia juga harus berani mengambil risiko dan melakukan inovasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ia berharap, gaya kepemimpinannya dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin lainnya untuk lebih peduli dan responsif terhadap kebutuhan rakyat.

Kontroversi yang melibatkan Dedi Mulyadi tidak hanya datang dari kebijakan yang diambil, tetapi juga dari gaya komunikasinya yang ceplas-ceplos dan apa adanya. Ia tidak segan untuk mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat, serta menyampaikan pendapatnya secara terbuka dan lugas. Hal ini tentu saja menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat.

Terlepas dari berbagai kontroversi yang ada, Dedi Mulyadi tetap menjadi figur publik yang populer dan memiliki banyak pendukung. Ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang sederhana, merakyat, dan peduli terhadap permasalahan sosial. Ia juga aktif menggunakan media sosial untuk berinteraksi dengan masyarakat dan menyampaikan berbagai informasi terkait program-program pemerintah.