Yogyakarta Luncurkan Program Pangan untuk Atasi *Food Waste* dan Bantu Mahasiswa Kurang Mampu

Yogyakarta Berupaya Penuhi Kebutuhan Pangan Mahasiswa dengan Program Inovatif

Pemerintah Kota Yogyakarta meluncurkan program Food Bank bertajuk Lumbung Mataraman, sebuah inisiatif strategis untuk mengurangi pemborosan makanan (food waste) sekaligus membantu mahasiswa dari kalangan ekonomi kurang mampu yang sedang menempuh pendidikan di kota tersebut. Program ini secara resmi diperkenalkan oleh Walikota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, pada Rabu, 21 Mei 2025.

Lumbung Mataraman akan beroperasi dengan mengumpulkan makanan berlebih yang masih layak konsumsi dari berbagai sumber, termasuk hotel, restoran, dan acara-acara seperti rapat atau seminar. Makanan yang terkumpul kemudian akan didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan, dengan prioritas pada lansia yang kesulitan mengakses makanan dan mahasiswa dengan keterbatasan finansial.

Kolaborasi untuk Ketahanan Pangan

Walikota Hasto Wardoyo menekankan bahwa program ini merupakan wujud komitmen pemerintah kota untuk hadir dan memberikan dukungan kepada mahasiswa yang berasal dari luar daerah dan memiliki keterbatasan ekonomi. Mengingat jumlah mahasiswa di Yogyakarta mencapai ribuan, dan tidak sedikit dari mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu, Pemkot Yogyakarta merasa terpanggil untuk membantu meringankan beban mereka.

"Kami memiliki tim distributor yang terdiri dari mahasiswa UGM. Mereka bertugas mengidentifikasi mahasiswa yang membutuhkan bantuan," ujar Hasto. Ia menambahkan bahwa program ini bertujuan untuk memastikan mahasiswa dapat fokus pada studi mereka tanpa terbebani masalah pangan.

Lebih lanjut, Hasto menjelaskan bahwa mewujudkan ketahanan pangan di Yogyakarta bukanlah perkara mudah, mengingat keterbatasan lahan yang dimiliki. Oleh karena itu, Pemkot Yogyakarta memilih untuk mengadopsi pendekatan gotong royong, dengan menggandeng berbagai pihak swasta seperti hotel, restoran, dan toko retail modern untuk berpartisipasi dalam program Food Bank Lumbung Mataraman.

"Kami membangun food bank untuk mengatasi food waste. Ini ironi, karena di satu sisi ada yang membutuhkan pangan, sementara di sisi lain banyak makanan terbuang," kata Hasto.

Saat ini, baru sebagian kecil dari total 567 hotel di Yogyakarta yang telah bergabung dalam program ini. Pemerintah kota terus berupaya mengajak lebih banyak lagi pelaku usaha di bidang kuliner dan perhotelan untuk berpartisipasi.

Mekanisme Distribusi yang Terstruktur

Mekanisme pendistribusian makanan akan dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, sekretariat food bank akan mengambil makanan dari para donor. Setelah dicatat dan diperiksa kelayakannya, makanan tersebut akan didistribusikan oleh tim yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa UGM, relawan, dan Baznas. Dalam situasi mendesak, Pemkot Yogyakarta juga siap mengerahkan personel Satpol PP untuk membantu proses distribusi.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Sukidi, menegaskan bahwa makanan yang dibagikan melalui program ini bukanlah makanan sisa, melainkan makanan berlebih yang masih layak dan aman untuk dikonsumsi. Ia menjelaskan bahwa Food Bank Lumbung Mataraman memiliki divisi khusus yang bertugas memeriksa dan memastikan kualitas makanan sebelum didistribusikan.

"Ini bukan makanan sisa, tapi makanan berlebih," tegas Sukidi. Ia menambahkan bahwa Food Bank Lumbung Mataraman memiliki divisi food rescue dan food charity. Divisi food rescue bertugas mengumpulkan makanan jadi dan menyimpannya di tempat penyimpanan berkapasitas 1 ton, sementara divisi food charity menampung bahan pangan.

Fasilitas penyimpanan dilengkapi dengan cool storage dan box makanan, serta diawasi oleh petugas yang selalu standby. Untuk makanan siap konsumsi, Dinas Pertanian dan Pangan berupaya mendistribusikannya sesegera mungkin agar tidak melewati batas waktu konsumsi.

Dengan adanya program Food Bank Lumbung Mataraman, diharapkan masalah food waste di Yogyakarta dapat dikurangi secara signifikan, sekaligus membantu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang membutuhkan, terutama mahasiswa dari kalangan kurang mampu.