Gejolak Harga Beras, Menteri Pertanian Jepang Mengundurkan Diri Usai Kunjungan ke Indonesia

Gelombang panas ekstrem yang melanda Jepang telah memicu krisis beras, mendorong pengunduran diri Menteri Pertanian Taku Eto. Perdana Menteri Shigeru Ishiba telah menerima pengunduran diri tersebut dan menyampaikan permohonan maaf kepada publik atas situasi yang terjadi.

Ishiba segera menunjuk Shinjiro Koizumi sebagai pengganti Eto, dengan harapan dapat menemukan solusi cepat untuk mengatasi lonjakan harga beras yang membebani masyarakat Jepang. "Tugas utama Menteri Pertanian saat ini adalah menstabilkan harga beras dan memastikan pasokan yang cukup bagi seluruh warga negara. Saya percaya Koizumi memiliki kemampuan untuk mewujudkan hal tersebut," ujar Ishiba.

Krisis ini dipicu oleh dampak gelombang panas yang merusak hasil panen padi secara signifikan. Lonjakan harga beras menjadi keluhan utama masyarakat, dengan harga rata-rata beras kemasan 5 kilogram di supermarket mencapai 4.268 yen (sekitar Rp 484.000).

Kontroversi semakin memuncak ketika Eto membuat pernyataan yang dianggap tidak sensitif terhadap penderitaan rakyat. Dalam sebuah acara penggalangan dana, ia mengaku tidak pernah membeli beras karena selalu menerima hadiah dari para pendukungnya. Pernyataan ini menuai kecaman keras, terutama mengingat masyarakat sedang berjuang menghadapi kenaikan harga akibat gagal panen dan meningkatnya permintaan dari sektor pariwisata.

Sebelum mengundurkan diri, Eto sempat melakukan kunjungan kerja ke Indonesia pada tanggal 29 April. Ia bertemu dengan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman di Jakarta untuk membahas potensi kerja sama di sektor pertanian.

Dalam pertemuan tersebut, Eto menyampaikan apresiasi atas keberhasilan Indonesia dalam melakukan panen padi tiga kali dalam setahun. Selain itu, Jepang juga menyampaikan minat untuk mengekspor daging sapi dan susu ke Indonesia. Sementara itu, Indonesia menawarkan ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah ke Jepang.

Amran juga menyampaikan ketertarikannya untuk menjalin kerja sama di bidang teknologi pertanian. “Kami sampaikan bahwa iklim di Indonesia masih mendukung dan ketersediaan air masih mencukupi. Oleh karena itu, kami membuka peluang kerja sama dalam bidang teknologi pertanian,” kata Amran.

Berikut adalah poin-poin utama yang dibahas dalam pertemuan tersebut:

  • Apresiasi Jepang atas keberhasilan panen padi Indonesia.
  • Minat Jepang untuk ekspor daging sapi dan susu ke Indonesia.
  • Penawaran Indonesia untuk ekspor CPO ke Jepang.
  • Potensi kerja sama teknologi pertanian antara kedua negara.