Sandal Upanat: Upaya Konservasi Borobudur dan Pemberdayaan Pengrajin Lokal
Candi Borobudur, warisan budaya dunia yang megah, kini memberlakukan aturan baru bagi para pengunjung yang ingin menaiki struktur candi. Setiap wisatawan diwajibkan mengenakan sandal khusus bernama Upanat, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk meminimalisir dampak kerusakan pada lantai candi akibat gesekan alas kaki.
Sandal Upanat ini bukan sekadar alas kaki biasa. Proses pembuatannya melibatkan pengrajin lokal di sekitar Borobudur, sehingga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar. Salah satu pengrajin yang terlibat dalam pembuatan sandal ini adalah Muh Zamzami, yang telah bermitra dengan Balai Konservasi Borobudur sejak tahun 2021.
Zamzami menceritakan bahwa keterlibatannya dimulai dengan undangan pelatihan pembuatan sandal Upanat dari Balai Konservasi Borobudur. Pelatihan ini membuka wawasan tentang pentingnya sandal khusus ini dan membuka peluang bagi pengrajin lokal untuk berkontribusi dalam pelestarian Borobudur. Setelah melalui serangkaian uji coba, produksi massal sandal Upanat dimulai pada awal tahun 2023, melibatkan berbagai desa di sekitar kecamatan Borobudur.
Di rumah produksinya yang sederhana, Zamzami bersama karyawannya memproduksi ratusan pasang sandal Upanat setiap minggunya. Bahan utama sandal ini adalah anyaman daun pandan yang diperoleh dari petani di Bukit Menoreh. Proses pembuatan melibatkan beberapa tahapan, mulai dari pengolahan anyaman pandan, pemotongan sesuai ukuran, penjahitan, pengeleman ke spons, pemasangan label, hingga pengepresan untuk memastikan kekuatan dan ketahanan sandal.
Kehadiran program sandal Upanat ini memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian keluarga Zamzami dan masyarakat sekitarnya. Banyak warga yang sebelumnya menganggur kini memiliki pekerjaan, dan para penjahit lokal juga kebanjiran pesanan.
Sandal Upanat memiliki ciri khas yang membedakannya dari sandal biasa. Sandal ini tidak diperjualbelikan secara bebas, melainkan didistribusikan langsung di Candi Borobudur. Wisatawan yang ingin menaiki candi dapat meminjam sandal Upanat dan membawanya pulang sebagai oleh-oleh.
Perawatan sandal Upanat cukup mudah, hanya perlu dihindari dari air. Jika terkena air, warna anyaman pandan dapat berubah, namun dapat kembali seperti semula setelah dijemur. Balai Konservasi Borobudur menyediakan 1.200 pasang sandal Upanat setiap harinya, yang secara tidak langsung membatasi jumlah wisatawan yang dapat menaiki candi.
Zamzami berharap kuota sandal Upanat dapat ditingkatkan di masa depan, sehingga ia dan pengrajin lainnya dapat meningkatkan produksi dan memberikan dampak ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat sekitar. Ia juga menyadari bahwa semakin banyak pengrajin yang terlibat, persaingan akan semakin ketat. Namun, ia tetap optimis bahwa program sandal Upanat ini akan terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi banyak orang.
Berikut adalah poin-poin penting terkait sandal Upanat:
- Tujuan: Mengurangi dampak kerusakan pada lantai Candi Borobudur.
- Bahan: Anyaman daun pandan dari Bukit Menoreh.
- Produksi: Melibatkan pengrajin lokal di sekitar Borobudur.
- Distribusi: Dipinjamkan kepada wisatawan yang ingin menaiki candi.
- Dampak: Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar Borobudur.
Inisiatif sandal Upanat ini adalah contoh nyata bagaimana upaya pelestarian budaya dapat berjalan beriringan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Dengan melibatkan pengrajin lokal dalam pembuatan sandal, Candi Borobudur tidak hanya dilindungi, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.