Hilirisasi Komoditas Diharapkan Pacu Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikan melalui hilirisasi komoditas. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, sebuah angka yang diyakini dapat dicapai bahkan dilampaui dengan strategi hilirisasi yang tepat.
Fokus utama hilirisasi adalah pada peningkatan nilai tambah komoditas-komoditas unggulan yang dimiliki Indonesia. Ini mencakup sektor manufaktur dan pengolahan berbagai sumber daya alam seperti:
- Nikel
- Tembaga
- Bauksit
- Batu bara
Pemanfaatan batu bara, misalnya, dapat dioptimalkan untuk menghasilkan gas sintetis (syngas) yang kemudian diolah menjadi gas alam cair (LNG) atau dimetil eter (DME) sebagai pengganti LPG. Langkah ini tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi batu bara tetapi juga mendukung diversifikasi energi.
Selain hilirisasi komoditas, pemerintah juga menaruh perhatian besar pada investasi di sektor energi bersih dan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan komitmen untuk mencapai target net zero emissions (NZE) pada tahun 2060, bahkan berupaya mempercepatnya menjadi tahun 2050. Potensi energi berkelanjutan di Indonesia sangat besar, diperkirakan mencapai 3.700 gigawatt (GW), namun pemanfaatannya saat ini masih sangat minim, yaitu kurang dari 1 persen atau sekitar 14,4 GW yang telah terpasang.
Beberapa sumber energi terbarukan yang menjadi fokus investasi antara lain:
- Energi surya
- Tenaga hidro
- Bioenergi
- Tenaga angin
- Panas bumi (geothermal)
Pengembangan energi berkelanjutan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sekaligus mengurangi emisi karbon. Pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong penggunaan energi berkelanjutan sebagai bagian dari upaya mencapai emisi nol karbon pada tahun 2060.