Deteksi Dini Kanker Paru: Langkah Preventif Menuju Kesembuhan

Kanker paru menjadi isu kesehatan yang mengkhawatirkan di Indonesia, dengan tren peningkatan kasus pada usia yang lebih muda. Penyakit ini seringkali terdeteksi pada stadium lanjut, sehingga menurunkan peluang kesembuhan. Padahal, deteksi dini melalui skrining dapat menjadi kunci untuk meningkatkan harapan hidup pasien.

Prevalensi kanker paru di Indonesia menunjukkan angka yang signifikan. Pada pria, kanker paru merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Sementara itu, pada wanita, kanker paru menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian akibat kanker. Data menunjukkan bahwa usia pasien kanker paru di Indonesia cenderung lebih muda dibandingkan dengan negara lain. Rata-rata, wanita Indonesia didiagnosis kanker paru pada usia 58 tahun, sementara di luar negeri rata-rata usia diagnosis adalah 68 tahun.

Skrining kanker paru sangat penting dilakukan, terutama bagi individu yang berisiko tinggi. Skrining dapat dilakukan sebelum munculnya gejala seperti batuk atau sesak napas. Kelompok yang berisiko tinggi meliputi:

  • Individu berusia di atas 45 tahun
  • Perokok aktif atau pasif
  • Individu yang pernah terpapar bahan kimia di lingkungan kerja
  • Individu dengan riwayat fibrosis paru atau tuberkulosis
  • Individu dengan riwayat keluarga yang mengidap kanker

Walaupun kanker paru bukan penyakit keturunan secara langsung, faktor genetik dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap penyakit ini. Oleh karena itu, individu dengan riwayat keluarga yang mengidap kanker paru perlu lebih waspada dan melakukan skrining secara berkala.

Metode skrining yang direkomendasikan adalah Low Dose CT (LDCT) Scan. Pemeriksaan ini menggunakan radiasi dosis rendah dan mampu mendeteksi nodul atau benjolan abnormal berukuran kecil yang mungkin tidak terlihat pada foto thoraks biasa. Deteksi dini nodul memungkinkan penanganan yang lebih cepat dan efektif, sehingga meningkatkan peluang kesembuhan pasien. LDCT Scan telah terbukti menurunkan angka kematian akibat kanker paru hingga 24 persen.

Gejala kanker paru pada stadium awal seringkali tidak spesifik dan mirip dengan penyakit paru lainnya, seperti tuberkulosis (TB). Oleh karena itu, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh setelah pengobatan TB selama enam bulan. Pemeriksaan lanjutan seperti CT scan dan biopsi mungkin diperlukan untuk menegakkan diagnosis yang tepat.