Laju Deforestasi Global Mengkhawatirkan: Kebakaran Hutan Picu Kerusakan Terparah

Kabar buruk datang dari lanskap hutan global. Data terbaru dari Global Land Analysis and Discovery Lab di University of Maryland mengungkapkan fakta mencengangkan: kebakaran hutan kini menjadi penyebab utama hilangnya tutupan hutan di seluruh dunia, melampaui pertanian yang selama ini mendominasi. Temuan ini, yang dipublikasikan melalui platform Global Forest Watch milik World Resources Institute (WRI), menandai perubahan signifikan dalam dinamika deforestasi global.

Pada tahun 2024, kebakaran bertanggung jawab atas proporsi terbesar kerusakan hutan, sebuah peningkatan dramatis dari kontribusi sebelumnya yang hanya sekitar 20 persen. Dampak terparah terlihat di Brasil, di mana 42 persen dari total kehilangan hutan disebabkan oleh api. Bahkan, peningkatan deforestasi akibat kebakaran di negara itu mencapai enam kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya.

  • Brasil: Kehilangan hutan mencapai 42% dengan 66% disebabkan oleh kebakaran.
  • Bolivia: Peningkatan deforestasi 200% dengan 1,5 juta hektar hutan hilang, lebih dari setengahnya karena kebakaran.
  • Kongo: Tingkat kehilangan hutan primer tertinggi, 45% disebabkan oleh kebakaran yang diperparah cuaca panas dan kering.

Tak hanya Brasil, Bolivia juga mengalami lonjakan deforestasi yang mengkhawatirkan. Negara ini mencatat peningkatan deforestasi hingga 200 persen, dengan total luas hutan yang hilang mencapai 1,5 juta hektar. Lebih dari separuh dari kerusakan tersebut disebabkan oleh kebakaran.

Kongo, di sisi lain, mencatat tingkat kehilangan hutan primer tertinggi di dunia. Di negara ini, kebakaran berkontribusi terhadap 45 persen dari total deforestasi, diperburuk oleh kondisi cuaca panas dan kering yang ekstrem.

Konsekuensi dari hilangnya hutan akibat kebakaran ini sangat serius. Pada tahun 2024, kebakaran hutan menghasilkan emisi gas rumah kaca sebesar 4,1 gigaton. Jumlah ini setara dengan lebih dari empat kali total emisi yang dihasilkan oleh seluruh penerbangan di seluruh dunia pada tahun 2023.

Elizabeth Goldman, Co-Director Global Forest Watch WRI, menyampaikan keprihatinannya atas temuan ini. "Level hilangnya hutan ini tidak seperti yang kita lihat selama 20 tahun terakhir dan ini adalah peringatan keras bagi dunia," ujarnya. Ia menyerukan tindakan kolektif dari negara, bisnis, dan individu untuk melindungi kelangsungan planet ini.

Di tengah tren global yang mengkhawatirkan ini, ada secercah harapan dari Indonesia. Laporan WRI menunjukkan bahwa deforestasi di Indonesia menurun sebesar 11 persen. Penurunan ini membalikkan tren peningkatan yang terjadi pada tahun 2021 dan 2023.

Arief Wijaya, Managing Director WRI Indonesia, menyambut baik pencapaian ini. "Kami bangga bahwa Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil mengurangi penurunan hilangnya hutan primer," katanya. Namun, ia menekankan bahwa deforestasi tetap menjadi perhatian utama, terutama yang disebabkan oleh perkebunan, pertanian skala kecil, dan pertambangan, bahkan di wilayah yang dilindungi.

Untuk mencapai target penurunan deforestasi pada tahun 2030, dunia harus mengurangi laju deforestasi sebesar 20 persen per tahun. Upaya ini membutuhkan mitigasi kebakaran yang efektif, rantai pasok yang bebas deforestasi, dan pendanaan yang memadai untuk perlindungan hutan.