Banjir Landa Grobogan dan Demak Akibat Tanggul Jebol, Solusi Jangka Panjang Mendesak
Bencana banjir kembali melanda Kabupaten Grobogan dan Demak, Jawa Tengah, setelah tanggul sungai jebol akibat curah hujan tinggi. Peristiwa ini menyebabkan puluhan desa terendam, memicu respons cepat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah dan instansi terkait.
Kepala BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, menekankan pentingnya perbaikan sistem saluran air dan penguatan tanggul secara menyeluruh. Ia menyoroti bahwa kejadian tanggul jebol dan banjir berulang kali terjadi di wilayah tersebut, mengindikasikan adanya masalah struktural yang perlu segera diatasi.
BPBD Jawa Tengah saat ini tengah berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Pusdataru, untuk melakukan kajian teknis mendalam. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi akar permasalahan dan merancang solusi jangka panjang yang efektif. Fokus utama adalah memperbaiki sistem drainase dan memperkuat tanggul, khususnya di wilayah-wilayah yang rentan terhadap banjir seperti anak-anak sungai Klitek dan Gronggong.
"Permasalahan tidak hanya terletak pada sungai utama, tetapi juga pada anak-anak sungainya," ujar Bergas. Ia mencontohkan Sungai Klitek dan Gronggong, yang merupakan anak Sungai B1, memerlukan perhatian khusus dan kajian mendalam untuk mencegah banjir berulang.
Banjir di Grobogan terjadi sejak Jumat, 16 Mei 2025, dipicu oleh hujan deras dan sistem drainase yang buruk, menyebabkan tanggul Sungai Klitek dan Sungai Renggong jebol. Sementara itu, banjir di Kabupaten Demak terjadi sejak Minggu, 18 Mei 2025, akibat peningkatan debit air dari hulu ke hilir setelah hujan lebat. Luapan air dari Sungai Tuntang menyebabkan tanggul di Desa Karangrejo dan Desa Kembangan, Kecamatan Bonang, jebol.
Penanganan banjir di kedua wilayah terus dilakukan dengan fokus utama pada penutupan tanggul yang jebol bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan penyaluran bantuan logistik kepada para korban banjir. Tanggul yang jebol di Grobogan telah berhasil ditutup oleh BBWS. Namun, karena kondisi geografis permukiman yang berada di cekungan, air masih menggenangi sejumlah wilayah.
"Untuk Grobogan, tanggul yang jebol sudah ditutup dengan panjang sekitar 10 hingga 12 meter. Namun, karena daerahnya cekungan, air tidak bisa langsung surut ke sungai, sehingga perlu dipompa keluar," jelas Bergas.
Saat ini, proses pemompaan air terus dilakukan untuk mengalirkan air dari permukiman ke sungai, dengan harapan wilayah terdampak dapat segera pulih. Kondisi debit air di sungai yang sudah rendah memungkinkan proses pemompaan berjalan lebih efektif.
Bergas juga menyoroti kondisi tanggul Sungai Tuntang yang jebol di Demak sebagai salah satu titik rawan. Sungai Tuntang memiliki panjang sekitar 108 kilometer, dengan bagian tengah hingga hilir yang paling rentan, termasuk wilayah Demak. Kondisi tanggul yang masih berupa tanah menjadi penyebab utama banjir di wilayah tersebut.
BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir yang dapat dipicu oleh hujan deras, terutama saat memasuki masa transisi musim. Masyarakat di sekitar bantaran sungai diimbau untuk aktif memantau kondisi air dan segera mengamankan barang-barang serta bersiap untuk evakuasi jika air sungai mulai naik, guna mencegah kerugian yang lebih besar.
Upaya penanggulangan banjir terus diintensifkan dengan harapan dapat meminimalkan dampak buruk yang ditimbulkan dan memberikan rasa aman kepada masyarakat yang terdampak. Sinergi antara pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat sangat penting dalam menghadapi tantangan bencana banjir ini.