IHSG Terpacu Sentimen Suku Bunga, Rupiah Kembali Menguat di Tengah Ketidakpastian Global

Performa Pasar Modal dan Mata Uang: Analisis Terkini

Awal sesi perdagangan hari ini menunjukkan optimisme di pasar modal Indonesia, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan tren positifnya. Pada saat yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga mengalami penguatan, memberikan sinyal positif bagi perekonomian domestik di tengah berbagai tantangan global.

Pergerakan IHSG dan Faktor Pendorong

Pada pukul 09.02 WIB, IHSG tercatat berada di level 7.169,85, mengalami kenaikan sebesar 27,38 poin atau 0,438 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di level 7.142,46. Data perdagangan menunjukkan bahwa 227 saham bergerak naik, sementara 125 saham mengalami penurunan, dan 214 saham lainnya stagnan. Total nilai transaksi yang tercatat hingga saat ini mencapai Rp 711,66 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 841,04 juta saham.

Sentimen positif ini sebagian besar dipengaruhi oleh keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dorongan bagi investasi dan pertumbuhan ekonomi. Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menjelaskan bahwa penurunan suku bunga ini memberikan harapan baru bagi para pelaku pasar modal. Namun, ia juga mengingatkan bahwa sentimen ini masih menghadapi tantangan, terutama dari penurunan peringkat Amerika Serikat (AS) yang berdampak pada kenaikan imbal hasil US Treasury. Kondisi ini membuat investor cenderung memilih obligasi yang menawarkan imbal hasil lebih menarik.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa penurunan suku bunga acuan merupakan bagian dari strategi BI untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas harga. Diharapkan, penurunan suku bunga ini akan meningkatkan penyaluran kredit oleh perbankan, yang pada gilirannya akan mendorong investasi dan menciptakan lapangan kerja.

Secara teknikal, Pilarmas Investindo Sekuritas memperkirakan IHSG berpotensi mengalami penguatan terbatas dengan level support dan resistance di kisaran 7.020–7.175.

Kondisi Bursa Regional

Berbeda dengan IHSG, mayoritas bursa saham di kawasan Asia pagi ini justru bergerak di zona merah. Nikkei 225 mengalami penurunan sebesar 0,87 persen (326,30 poin) ke level 36.972,69, sementara Hang Seng turun 0,42 persen (99,54 poin) ke level 23.728,23. Strait Times juga mengalami penurunan sebesar 0,60 persen (23,41 poin) ke level 3.859,13. Shanghai Composite menjadi pengecualian dengan kenaikan tipis sebesar 0,04 persen (1,34 poin) ke level 3.388,91.

Penguatan Rupiah di Tengah Ketidakpastian

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot pagi ini menunjukkan penguatan. Data Bloomberg mencatat, pada pukul 09.17 WIB, rupiah berada pada level Rp 16.285 per dolar AS, menguat 113,5 poin atau 0,69 persen dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di level Rp 16.398,5 per dolar AS.

Pengamat Pasar Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menyoroti beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah. Salah satunya adalah ketegangan geopolitik terkait persiapan Israel untuk kemungkinan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran. Selain itu, AS juga terus berupaya melakukan perjanjian diplomatik dengan Iran, namun menuntut penghentian semua kegiatan pengayaan uranium.

Dari dalam negeri, Kementerian Keuangan menyoroti risiko dari sejumlah program prioritas pemerintahan Prabowo Subianto pada tahun 2026 yang berpotensi menambah beban APBN jika tidak dilaksanakan secara optimal. Hal ini tercantum dalam dokumen Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2026 yang menjadi acuan rancangan APBN tahun depan. Pemerintah mengakui bahwa program-program prioritas tersebut memiliki risiko terhadap APBN, termasuk potensi berkurangnya penerimaan negara atau tambahan beban anggaran.

Ibrahim Assuaibi memperkirakan bahwa mata uang rupiah akan fluktuatif dalam perdagangan hari ini, namun ditutup menguat di rentang Rp 16.340-Rp 16.400.