Terinspirasi Serial 'Bidaah', Korban Kekerasan Seksual di Lombok Berani Buka Suara

Dua kasus dugaan kekerasan seksual di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), mencuat ke permukaan setelah terinspirasi oleh serial asal Malaysia berjudul 'Bidaah'. Serial yang populer di platform TikTok ini, dengan karakter utama bernama Walid, mendorong sejumlah korban kekerasan seksual di Lombok untuk berani mengungkapkan pengalaman traumatis mereka.

Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, dua individu di Lombok, yang dijuluki 'Walid' karena kemiripan perilaku mereka dengan karakter dalam serial tersebut, terjerat kasus hukum terkait dugaan kekerasan seksual. Kasus-kasus ini melibatkan tokoh-tokoh berpengaruh, yaitu seorang pengelola pondok pesantren (ponpes) di Lombok Barat dan seorang dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Terungkapnya Kasus Kekerasan Seksual

  1. Ketua Yayasan Ponpes Diduga Lecehkan Puluhan Santriwati

Ahmad Faisal (AF), ketua yayasan sebuah pondok pesantren di Gunung Sari, Lombok Barat, ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan pelecehan seksual. Pria ini diduga melakukan tindakan pencabulan dan persetubuhan terhadap puluhan mantan santriwatinya. Modusnya adalah dengan menjanjikan "keberkatan" agar para santriwati kelak melahirkan anak-anak yang saleh dan salehah. Korban-korban ini mulai berani bersuara karena merasa pengalaman mereka di pondok pesantren tersebut memiliki kesamaan dengan alur cerita dalam serial 'Bidaah'.

Menurut keterangan dari Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram, Joko Jumadi, Faisal melakukan aksinya di sebuah ruangan kelas pada malam hari, biasanya di atas pukul 1 atau 2 dini hari. Ia menggunakan manipulasi psikologis untuk mempengaruhi korban. Kasat Reskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili, menambahkan bahwa Faisal juga mendatangi korban di kamar mereka dan menyentuh area sensitif mereka, dengan dalih mengusir jin.

Selain itu, Faisal memanfaatkan statusnya sebagai tokoh agama yang disegani untuk memanipulasi korban. Ia mengiming-imingi para korban dengan janji akan melahirkan anak-anak yang baik jika mereka menuruti perintahnya. Beberapa korban bahkan dihasut untuk meminum ludahnya dengan alasan agar keturunan mereka menjadi penerang. Faisal sendiri mengaku menyesal atas perbuatannya dan menyampaikan permohonan maaf setelah ditetapkan sebagai tersangka. Ia mengklaim bahwa motivasinya hanyalah untuk mengajarkan doa kepada para santriwati.
  1. Dosen UIN Mataram Diduga Cabuli Tujuh Mahasiswi

Seorang dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram berinisial WJ dilaporkan ke Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda NTB atas dugaan kekerasan seksual terhadap sejumlah mahasiswi. Tindakan kekerasan seksual ini diduga terjadi sejak tahun 2021 hingga 2024. Para korban baru berani melapor setelah menonton serial 'Bidaah'.

Koalisi Stop Kekerasan Seksual NTB mencatat bahwa ada tujuh mahasiswi yang menjadi korban pelecehan seksual oleh WJ. Seluruh korban merupakan penerima beasiswa Bidikmisi yang tinggal di asrama putri UIN Mataram. WJ diduga melakukan manipulasi emosional, meminta para korban untuk menganggapnya sebagai sosok orang tua, sehingga mereka merasa terikat secara emosional dan sulit menolak permintaannya. Para korban takut menolak karena khawatir beasiswa mereka akan dicabut.

UIN Mataram telah menonaktifkan WJ dari semua kegiatan kampus dan menyiapkan sanksi administratif, termasuk pencabutan statusnya sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Kasus ini masih dalam proses penyelidikan di Polda NTB. Polisi telah menginterogasi WJ, namun belum menetapkannya sebagai tersangka.