Gagal Ginjal Mengintai: Kisah Nur Kholish dan Ancaman Hipertensi yang Terabaikan
Di sebuah ruang hemodialisis di Rumah Sakit Umum dr. Suyudi, Paciran, Lamongan, Nur Kholish (66) terbaring lemah. Jarum suntik menembus lengan dan pahanya, mengantarkan darahnya ke mesin cuci darah. Mesin itu bekerja keras menggantikan fungsi ginjalnya yang telah rusak, menyaring limbah dan cairan berlebih dari darahnya. Proses yang melelahkan ini harus ia jalani dua kali seminggu, sebuah konsekuensi dari penyakit kronis yang berkembang tanpa disadarinya: hipertensi.
Perjalanan Nur Kholish menuju cuci darah dimulai jauh sebelum ia merasakan gejala yang mengkhawatirkan. Pada April 2021, ia didiagnosis diabetes dengan kadar gula darah sedikit di atas normal. Saat itu pula, dokter menemukan indikasi hipertensi, tekanan darahnya mencapai 170 mmHg. Obat pengontrol tekanan darah diresepkan, namun Nur Kholish mengabaikannya. Ia merasa sehat, mampu beraktivitas seperti biasa, bahkan kuat berolahraga. Tanpa disadarinya, tekanan darah tinggi itu perlahan merusak ginjalnya.
Empat tahun kemudian, pada Maret 2025, menjelang Idul Fitri, kaki Nur Kholish mulai membengkak. Ia mengalami sesak napas dan kehilangan indra perasa. Malam-malamnya diisi dengan bolak-balik ke kamar mandi. Setelah Lebaran, ia memeriksakan diri dan dokter menemukan penurunan fungsi ginjal yang signifikan. Hasil laboratorium menunjukkan kadar kreatinin yang sangat tinggi, menandakan ginjalnya tidak mampu lagi menyaring limbah dengan baik. Diagnosisnya: gagal ginjal stadium 5, dipicu oleh hipertensi yang tidak terkontrol.
Kini, Nur Kholish harus bergantung pada mesin cuci darah untuk bertahan hidup. Ia bersyukur biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan, namun ia menyadari betapa pentingnya mencegah penyakit kronis sejak dini. Kisahnya menjadi peringatan bagi kita semua tentang bahaya hipertensi, si pembunuh senyap yang seringkali tidak menunjukkan gejala hingga kerusakan organ terjadi.
Hipertensi memang seringkali tidak terdeteksi pada tahap awal. Banyak orang tidak menyadari bahwa mereka menderita tekanan darah tinggi karena tidak merasakan gejala apapun. Padahal, hipertensi dapat memicu berbagai penyakit serius seperti stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal-Hipertensi RSUD Dr. Soetomo Surabaya, dr. Desca Medika Hertanto Sp.PD-KGH, menjelaskan bahwa hipertensi sering disebut sebagai silent killer karena kerusakan organ terjadi tanpa disadari.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2019, prevalensi hipertensi pada kelompok dewasa usia 30-79 tahun di dunia dan di Asia Tenggara masing-masing adalah 33,1% dan 32,4%. WHO memperkirakan jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia meningkat hampir dua kali lipat dalam tiga dekade terakhir, dari 650 juta pada tahun 1990 menjadi 1,3 miliar pada tahun 2019.
Faktor risiko hipertensi meliputi genetik, obesitas, kolesterol tinggi, diabetes, dan gaya hidup yang tidak sehat. Kurang aktivitas fisik, konsumsi makanan tinggi garam dan lemak, kurang tidur, dan stres dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan bahwa penderita hipertensi dengan obesitas 3,4 kali lebih tinggi dibandingkan penderita hipertensi tanpa obesitas.
Penting untuk mengontrol tekanan darah secara teratur, terutama bagi mereka yang berusia di atas 25 tahun. Langkah-langkah sederhana seperti menerapkan pola makan sehat, menjaga berat badan ideal, dan rutin berolahraga dapat membantu menurunkan tekanan darah. Jika tekanan darah sudah masuk ke tahap hipertensi, pengobatan medis menjadi sangat penting.
Biaya pengobatan gagal ginjal kronis juga terus meningkat. BPJS Kesehatan mencatat bahwa biaya pelayanan kesehatan untuk gagal ginjal di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) mencapai Rp 11,06 triliun pada tahun 2024. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan tahun 2019 yang sebesar Rp 6,59 triliun. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya upaya pencegahan dan deteksi dini hipertensi untuk mengurangi beban kesehatan dan ekonomi akibat gagal ginjal.
Kisah Nur Kholish adalah cerminan dari ancaman hipertensi yang seringkali terabaikan. Dengan kesadaran dan tindakan pencegahan yang tepat, kita dapat melindungi diri dan keluarga dari risiko penyakit kronis yang menghantui.