Kontroversi Selebgram China: Pura-Pura Meninggal Dunia untuk Mendapatkan Perhatian

Kontroversi Selebgram China: Pura-Pura Meninggal Dunia untuk Mendapatkan Perhatian

Dunia media sosial kembali dihebohkan dengan sebuah kontroversi yang melibatkan seorang selebgram asal China bernama Shi Xiao Nian Oh, yang dikenal juga dengan nama Sun. Influencer kecantikan ini menjadi sorotan setelah terungkap bahwa dirinya memalsukan kematiannya sendiri. Awalnya, beredar kabar bahwa Sun meninggal dunia akibat bunuh diri karena menjadi korban pemerasan.

Kabar duka ini bermula dari sebuah unggahan di media sosial yang diklaim berasal dari sepupu Sun. Dalam unggahan tersebut, disebutkan bahwa Sun mengakhiri hidupnya setelah meninggalkan catatan bunuh diri dan rekaman suara. Sepupu palsu itu juga menuding bahwa Sun menjadi korban pemerasan sebesar 1,3 juta yuan (sekitar Rp 2,9 miliar). Diduga pelaku pemerasan telah menghantam Sun hingga tewas.

Kabar ini dengan cepat menyebar luas di media sosial dan menarik perhatian pihak kepolisian. Pihak berwajib di Chengdu, Sichuan, China, segera melakukan investigasi untuk mengklarifikasi kebenaran informasi tersebut. Hasil penyelidikan mengungkap fakta mengejutkan bahwa berita kematian Sun adalah palsu alias hoax. Polisi berhasil menghubungi Sun melalui telepon dan video call, dan memastikan bahwa ia dalam keadaan sehat.

Berdasarkan laporan dari Chinadailyasia, Sun mengakui bahwa dirinya sengaja mengarang cerita tentang kematiannya dan menyebarkannya di media sosial. Ia bahkan mengaku berpura-pura menjadi sepupunya untuk memposting pesan palsu di kolom komentar, dengan tujuan menipu para pengikutnya. Motif di balik tindakan nekat Sun ini masih menjadi misteri.

Saat ini, pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan mendalam terkait kasus pemalsuan kematian ini. Sun terancam menghadapi konsekuensi hukum atas tindakannya yang dianggap telah memalsukan fakta dan mengganggu ketertiban umum. Sanksi yang mungkin diterima oleh Sun akan diputuskan berdasarkan hukum yang berlaku di China.

Sun sendiri mengklaim bahwa ada alasan di balik tindakan ekstremnya. Ia mengaku menjadi korban fitnah, pelecehan online, dan pemerasan. Namun, ia membantah telah membayar uang kepada pelaku pemerasan dan memilih untuk memblokir kontak orang tersebut tanpa melaporkannya ke polisi.

Kasus ini menjadi peringatan bagi para pengguna media sosial tentang pentingnya memverifikasi informasi sebelum mempercayai dan menyebarkannya. Selain itu, kasus ini juga menyoroti dampak negatif dari tekanan sosial dan persaingan yang ketat di dunia maya, yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan ekstrem demi mendapatkan perhatian.

Penting untuk diingat bahwa informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi tindakan serupa. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami masalah kesehatan mental, segera cari bantuan profesional dari psikolog, psikiater, atau klinik kesehatan mental terdekat.