Dompet Dhuafa Salurkan Belasan Ribu Hewan Kurban untuk Atasi Ketimpangan Gizi di Daerah Terpencil

Setiap Hari Raya Idul Adha, permasalahan klasik berupa ketidakmerataan distribusi hewan kurban kembali mencuat. Sementara kota-kota besar seperti Jakarta mengalami surplus daging kurban, wilayah-wilayah terpencil, terluar, dan terdalam (3T) justru kekurangan, bahkan sebagian warganya tidak dapat merasakan nikmatnya daging kurban sama sekali.

Menyikapi kondisi ini, Dompet Dhuafa kembali menjalankan program tahunan Tebar Hewan Kurban (THK) dengan fokus utama mendistribusikan hewan kurban ke daerah-daerah yang minim pekurban, termasuk di Provinsi Lampung. Wawan Setiawan, Supervisor Program Pemberdayaan Masyarakat Kota Lampung, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara semangat berkurban masyarakat di perkotaan dengan kebutuhan gizi masyarakat di pelosok desa.

"Antusiasme berkurban di kota besar sangat tinggi, sehingga daging kurban melimpah. Sementara itu, daerah-daerah seperti Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Barat, dan Tanggamus justru mengalami defisit kurban," ungkap Wawan dalam acara Jurnalis Press Touring di DD Farm, Gading Rejo, Pringsewu. Bahkan, dalam dua tahun terakhir, beberapa wilayah di Lampung Selatan sama sekali tidak menerima hewan kurban.

Program THK ini bekerja dengan cara menyalurkan hewan kurban dari kota-kota besar ke desa-desa yang kekurangan pekurban. Menjelang Hari Raya Idul Adha, domba-domba tersebut akan dibawa ke daerah terpencil dan disembelih oleh masyarakat setempat pada hari raya. Masyarakat setempat dilibatkan secara langsung dalam seluruh proses, mulai dari penyembelihan hingga pendistribusian daging kurban.

Tahun ini, Dompet Dhuafa menargetkan penyaluran sekitar 15 ribu ekor domba secara nasional. Khusus untuk wilayah Lampung, targetnya adalah 320 domba yang akan didistribusikan ke empat daerah prioritas, yaitu Lampung Utara, Lampung Timur, Lampung Barat, dan Tanggamus.

Nandrianto, Kepala Cabang Dompet Dhuafa Kota Lampung, menambahkan bahwa program ini juga bertujuan untuk memberdayakan peternak lokal. Domba-domba yang digunakan dalam program THK diperoleh dari mitra binaan Dompet Dhuafa.

"Program ini merupakan upaya pemerataan manfaat kurban sekaligus memberdayakan peternak kecil," jelas Nandrianto.

Namun, pelaksanaan program THK tidak terlepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah menjaga ketersediaan domba yang memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan. DD Farm menerapkan empat kelas kualitas domba, yaitu premium (29–32 kg), medium (26–28 kg), standar (23–25 kg), dan ekonomis (18–22 kg).

"Terkadang, targetnya 20 domba premium, tetapi setelah melalui proses quality control, hanya 15 yang lolos. Untuk mengatasi hal ini, kami bermitra dengan peternak lain, termasuk peternak rumahan dan UMKM, sehingga dapat saling melengkapi," terang Wawan.

Selain itu, pendistribusian hewan kurban ke daerah 3T juga terkendala oleh kondisi infrastruktur yang kurang memadai.

"Contohnya, jika kita ingin menuju Air Naningan di Kabupaten Tanggamus, medannya masih berupa tanah. Kondisi ini sulit dilalui bahkan saat cuaca bagus, apalagi saat musim hujan yang membuat jalanan semakin licin," tutur Wawan.

Kendati demikian, semangat untuk menebar manfaat kurban tetap menjadi prioritas utama. Satu ekor domba premium dapat menghasilkan sekitar 18 bungkus daging kurban.

"Target kami adalah membawa sekitar 30 hewan kurban ke setiap daerah, dengan harapan dapat menjangkau sebanyak mungkin warga," imbuh Wawan.

Program THK telah berjalan sejak tahun 1994, setahun setelah Dompet Dhuafa didirikan. Hingga saat ini, semangat yang mendasari program ini tetap sama, yaitu mewujudkan keadilan sosial agar momen kurban dapat dinikmati oleh semua, termasuk mereka yang berada jauh dari pusat perhatian.