Dua Kasus Kematian Gajah Warnai Tahun Ini di Jambi: Habitat yang Terkikis Memicu Konflik

Tahun 2025 menjadi catatan kelam bagi populasi gajah di Jambi, khususnya di lanskap Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), dengan dua individu dilaporkan mati. Penemuan terbaru ini menambah daftar panjang kematian gajah di kawasan tersebut, memicu kekhawatiran mendalam terkait kelestarian satwa dilindungi ini.

Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Tebo Jambi, Hendra Koswandi, mengonfirmasi penemuan satu bangkai gajah di kawasan penyangga TNBT. Tim gabungan dari dokter hewan dan petugas lapangan telah diterjunkan untuk melakukan pemeriksaan dan mengumpulkan sampel. Sampel-sampel tersebut kemudian dikirim ke berbagai laboratorium, termasuk veteriner Bukit Tinggi dan Institut Pertanian Bogor (IPB), untuk dilakukan analisis lebih lanjut guna mengungkap penyebab kematian gajah.

Penemuan bangkai gajah ini bermula dari patroli rutin yang dilakukan oleh tim Resor Lubuk Mandarsah di Desa Mandarsah Ulu, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo. Lokasi penemuan berada di area rehabilitasi TNBT. Kondisi bangkai saat ditemukan mengindikasikan bahwa gajah tersebut telah mati sekitar tiga minggu sebelum ditemukan. Meskipun demikian, tim patroli tidak menemukan indikasi adanya jerat atau aktivitas manusia di sekitar lokasi.

Kematian gajah ini merupakan kasus kedua yang terjadi di lanskap TNBT sepanjang tahun 2025. Kepala BKSDA Jambi, Agung Nugroho, mengungkapkan bahwa faktor utama yang memicu kematian gajah adalah penyempitan habitat. Alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan sawit dan hutan tanaman industri telah mengganggu jalur-jalur perlintasan gajah, meningkatkan potensi konflik antara gajah dan manusia.

Kasus kematian gajah pertama tahun ini terjadi di Simpang Bujang, Desa Suo-Suo, Kecamatan Sumai, Kabupaten Tebo, yang berada di dalam kawasan konsesi PT Alam Bukit Tigapuluh (ABT). Pada kasus sebelumnya, tim juga telah mengambil sampel dan melakukan nekropsi. Hasil nekropsi menunjukkan adanya kandungan fosfor berlebihan di dalam perut gajah, yang diduga menjadi penyebab kematian.

Berikut beberapa poin penting yang menjadi perhatian:

  • Penyempitan Habitat: Alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan hutan tanaman industri mempersempit ruang gerak gajah.
  • Konflik Satwa: Penyempitan habitat meningkatkan potensi konflik antara gajah dan manusia.
  • Investigasi Mendalam: BKSDA Jambi terus melakukan investigasi untuk mengungkap penyebab pasti kematian gajah.
  • Ancaman Populasi: Kematian gajah secara berulang mengancam populasi gajah di lanskap TNBT.

Upaya konservasi yang lebih intensif dan penanganan konflik yang efektif sangat dibutuhkan untuk melindungi populasi gajah yang semakin terancam di Jambi.